TARI
SAKERA DAN MARLENA SEBAGAI KEBUDAYAAN MADURA YANG BERKEMBANG DI MALANG
Abstrak:
Kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (koentjoroningrat:2009). Di manapun
ada manusia disitulah juga terdapat kebudayaan. Tidak terkecuali kebudayaan
Madura yang sebenarnya jika ditelusuri tokoh yang ada didalamnya tidak lahir asli
dari Madura melainkan lahir di Kota Pasuruan namun masih berdarah Madura. Hal inilah yang jadi bahan kajian dalam atikel ini.
Kata kunci: Kebudayaan Madura,
tari sakera dan marlena, Tumpang Malang
1.
Sejarah Tarian Sakera dan Marlena
Sebenarnya
Sadiman atau yang lebih dikenal Sakerah alias Sakera adalah Pahlawan (bela
bangsa) dari Bangil Pasuruan. Dia adalah pegawai disalah satu pabrik gula di
Pasuruan yang mempunyai keahlian pencak silat dari gurunya yang bernama Haji
Asik. Dengan keahlianya tersebut Sakera menentang Pemerintahan Belanda yang
saat itu sedang menjajah Nusantara. Karena Sakera menentang Pemerintahan
Belanda akhirnya sakera dituduh mengkorupsi sejumlah uang sehingga dia
dipenjara selama 3 bulan, namun ada versi lain yang mengatakan bahwa Sakera
masuk penjara dikarenakan membunuh seseorang bernama Markus. Selama di penjara,
sakera diberi iming-iming sejumlah uang agar dia mau menjadi sekutu Belanda.
Setelah bebas Sakera menagih uang yang dijanjikan oleh Belanda, namun tentara
Belanda malah menodongkan peluru kepadanya. Sakerapun tidak terima dengan hal
tersebut sehingga dia membunuh tentara Belanda dan akhirnya dia dipenjara untuk
yang kedua kalinya selama 15 tahun. Sungguh mengenaskan nasib pahlawan dari
Pasuruan ini.
Dalam kehidupan pribadinya Sakera
memiliki dua istri, istri yang pertama bernama Arlija dan istrinya yang kedua
bernama Marlena. Ketika Sakera dalam penjara, istri keduanya yang bernama
Marlena digoda oleh keponakannya yang bernama Brodin. Ia tertarik dengan
Marlena dan berencana menikahinya lantaran dia yakin bahwa Sakera pasti dihukum
mati dan tidak akan bisa selamat. Ketika itu pula paman Sakera yang mengetahui
hal itu tidak terima. Pamannya yang bernama Tasmeja memiliki rencana ingin memberitahu
hal ini kepada Sakera. Dengan berdalih mencuri sapi milik Pemerintah Belanda,
akhirnya Tasmeja dipenjara dan bisa bertemu dengan Sakera. Diceritakanlah semua
yang dia tau tentang Brodin. Mendengar berita itu, akhirnya Sakera geram dan
berhasil melarikan diri dengan melompati pagar penjara dan Tasmeja yang
menggantikannya dipenjara.
Setelah dapat keluar dari penjara
Sakera menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa Marlena digoda oleh Brodin.
Tak berapa lama dibunuhlah Brodin ini oleh pahlawan yang pandai pencak silat
alias Sakera. Setelah kejadian itu dia bersembunyi di Gunung Areng-Areng. Pada suatu
hari teman dia yang bernama Tinggi Legimun bersekongkol dengan Belanda untuk
menangkapnya lagi. Seketika itu Tinggi Legimun datang kerumah Sakera dan hanya
menemukan udengnya (ikat kepala) saja. Setelah mengetahui ada ikat kepala itu, Tinggi
Legimun langsung menginjak-nginjaknya. Mengetahui ikat kepalanya diinjak-injak
oleh Tinggi Legimun, sakera merasa harga dirinya diinjak-injak dan sangat
marah, lalu dia mencari Tinggi Legimun dan membunuhnya secara tragis.
Setelah sekian lama menjadi buronan
Belanda akhirnya Pemerintah Belanda mencari taktik untuk menangkap Sakera ini.
Pemerintah Belanda mengetahui bahwa dia suka dengan kesenian tayub yang di
dalamnya memuat gending-gending seperti cokek, eram-eram, dan orambak. Suatu
hari Pemerintah Belanda mengadakan pagelaran tayub untuk menarik perhatian
Sakera agar menontonnya. Sakera pun datang ke acara tayub tersebut dan menari
di atas panggung (mbeso). Di atas panggung tersebut, dia bertemu dengan Gurunya
yaitu Haji Asik yang ternyata pada waktu itu Haji Asik bersekongkol dengan
Belanda untuk menangkapnya. Haji Asik mencoba menyapa Sakera dan mengajaknya
bertarung silat. Seketika itu gending-gending di atas pentas dihentikan dan
pertarungan antara Sakera dengan Haji Asik berlangsung, Sakera pun Kalah dan
akhirnya tertangkap serta dihukum gantung.
Nah, dari serentetan cerita tersebut
masyarakat Madura berinisiatif mengenang jasa Sakera dengan cara melestarikan
Kesenian Sakera atau sakerah dalam bentuk tarian yang dikombinasikan dengan
Pencak Silat. Mengapa masyarakat Madura yang mengenang beliau dan bukan
masyarakat Pasuruan ini dikarenakan Sakera dalam kesehariannya sering memakai pakaian
khas Madura dan berdasarkan sumber yang ada dia masih memiliki keturunan darah
dari Madura. Akhirnya lahirlah sebuah tarian bernama Sakera dan Marlena yang
menjadi budaya Madura namun bisa dilestarikan sampai ke Malang.
2. Perkembangan Tarian Sakera Dan
Marlena
Tarian
ini populer di daerah Malang, khususnya di Kecamatan Tumpang. Sebenarnya tarian
ini sudah ada semenjak dahulu namun tarian ini mengalami pasang surut, dan
mulai dikenal lagi oleh masyarakat pada tahun 2012. Di Desa Kidal, Kecamatan
Tumpang, Malang terdapat Komunitas Madura yang mencoba melestarikan tarian ini,
namun karena respon masyarakat sangat banyak dan baik, akhirnya tidak hanya
orang Madura saja yang melakukan tarian ini, namun ada juga orang jawa yang
ikut belajar tarian ini. Belajar tarian ini awalnya tidak mudah karena harus
menguasai pencak silat, musiknya pun harus memakai gending asli Madura. Namun
seiring perkembangan jaman tarian ini lebih dikreasikan dengan gerakan-gerakan
modern serta musiknya pun disesuaikan dengan lagu yang populer pada saat ini.
Tarian
ini sering ditampilkan pada acara-acara tertentu seperti karnaval peringatan
HUT RI, khitanan, hajatan pernikahan, dan acara yang cukup sakral yaitu Bersih
Desa. Tarian ini berbeda dengan tarian lainya karena tarian ini merupakan
kombinasi dari pencak silat dan gerakan tarian modern.
Bagi
Pak Lasmari yang salah satu anggota dalam tari ini mengungkapkan bahwa tarian sakera
dan marlena hanyalah sebagai pekerjaan sampingan saja. Karena menurut beliau
seni adalah sebuah kesenangan tersendiri yang bisa menghibur diri dan orang
lain yang menikmatinya. Ada suatu peristiwa yang berkesan bagi Pak Lasmari, beliau
sering mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan ketika belajar tarian
khususnya pada gerakan pencak silat. Berdasarkan penuturannya, beliau pernah
ditendang gurunya saat belajar pencak silat, hal ini sungguh membuatnya jengkel,
namun baginya hal tersebut sudah biasa karena sering dilakukan. Pak Lasmari
menurunkan keahlian tarian ini kepada anakanya, namun jika ada orang yang ingin
belajar tentang tarian ini beliau bersedia untuk mengajarinya.
Kostum yang dipakai dalam tarian ini
untuk wanita adalah jarik merah bermotif madura dan juga kebaya merah, namun
seiring perkembangan jaman, jarik tetap berwarna merah namun kebayanya bisa
diganti dengan warna apapun. Adapun aksesoris yang dipakai saat menari adalah
anting-anting besar, bengkiak, binggel, dan juga pisau buatan. Untuk laki-laki
dari zaman dahulu sampai sekarang tetap memakai celana komprang, kaos lurik
berwarna merah putih dan jas hitam tipis dari kain. Aksesorisnya berupa ikat
kepala (udeng), kumis buatan, dan juga carok buatan. Satu pleton penari baik
wanita maupun laki-laki masing-masing berjumlah 31 orang. Usia rata-rata pemain
tari ini sekitar 20 tahun ke atas. Biasanya untuk penari laki-laki didominasi
oleh remaja usia sekolah, hal ini dikarenakan untuk melestarikan tarian Sakera
dan Marlena.
Daftar
Pustaka
http://www.akukaget.com/2012/12/sakera-legenda-etnis-madura-yang.html
diakses tanggal 15-09-2013.
http://www.sejarahkota.com/2013/03/pak-sakera-pejuang-dari-bangil.html
diakses tanggal 18-09-2013.
KHASUGA CYISA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar