PENGARUH REVOLUSI INDUSTRI TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL, EKONOMI, DAN POLITIK
INDONESIA
A. Gambaran Umum tentang
Revolusi Industri di Inggris
Revolusi
Industri adalah perubahan teknologi, sosial ekonomi, dan budaya pada akhir abad
ke-18 dana awal abad ke-19 yang terjadi dengan pergantian ekonomi yang
berdasarkan pekerja menjadi yang didominasi oleh industri dan diproduksi mesin.
Dengan revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau anpa
direncanakan. Sehingga revolusi berjalan dengan cepat tanpa perencanaan dahulu.
Latar belakang terjadinya
revolusi industri adalah sebagai berikut:
- Keamanan dalam Negara Inggris yang
baik
- Mulai berkembangnya kegiatan
kewiraswastaan dan manufaktur
- inggris memiliki kekayaan alam
terutama batu bara dan bijih besi
- Inggris memiliki banyak daerah
jajahan
- Terjadinya revolusi agraria
- Munculnya paham ekonomi liberal
- Berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi
Dari latar belakang yang mendukung adanya revolusi industri maka muncul pla
penemuan-penemuan yang cukup banyak, penemuan itu antara lain:
- Penemuan mesin uap dari James Watt
- Penemuan dalam bidang tekstil
- Penemuan dalam bidang transportasi
- Penemuan mesin tenun oleh Edmund
Cartwright
- Penemuan cap slinder oleh Thomas Bell
- Penemuan batu bara untuk melelehkan
besi oleh Abraham Derby
- Pembuatan kereta uap oleh Richad
Trevvethick
- Pembuatan telegraf oleh Graham Bell
- Pembuatan mobil oleh Daimler
- Dan sebagainya.
B. Pengaruh Revolusi
Industri Terhadap Perubahan Sosial dan Ekonomi Di Indonesia
Sejak awal abad
ke 19 pemerintah belanda mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk membiayai
peperangan baik di Negara belanda sendiri maupun di indonesia sehingga belanda
harus menanggung hutang yang sangat besar. Untuk menyelamatkan belanda dari
kebangkrutan maka johanes van den bosch memusatkan kebijaksanaannya pada
peningkatan produksi tanaman ekspor. Untuk itu yang perlu di lakukan adalah
mengerahkan tenaga rakyat jajahan untuk melakukan tanam paksa yang hasilnya
akan laku di pasaran dunia. Setelah tiba di indonesia (1830) Van Den Bosch menyusun
program kerja sebagai berikut.
1.
Sistem sewa tanah dengan uang dihapus
karena pemasukan tidak banyak dan pelaksanaannya sulit.
2.
Sistem tanam bebas harus diganti dengan
tanam wajib dengan jenis tanaman yang sudah ditentukan oleh pemerintah.
3.
Pajak atas tanah harus dibayar dengan
penyerahan sebagian dari hasil tanamannya kepada pemerintah belanda.
Pelaksanaan
sistem tanam paksa banyak menyimpang dari aturan pokok dan cenderung untuk
mengadakan eksplorasi agrarian semaksimal mungkin. Akibat dari tanam paksa bagi indonesia
khususnya tanah jawa adalah sebagai berikut.
1.
Sawah ladang menjadi terbengkalai karena
diwajibkan kerja rodi yang berkepanjangan sehingga penghasilan menurun drastis.
2.
Beban rakyat semakin berat karena harus
menyerahkan sebagian tanah dan hasil panennya, membayar pajak, mengikuti kerja
rodi, dan menanggung resiko apabila gagal panen.
3.
Adanya tekanan fisik dan mental yang
berkepanjangan bagi rakyat indonesia
4.
Kemiskinan yang semakin berat
5.
Kelaparan dan wabah penyakit yang
menyebabkan angka kematian meningkat drastis.
Bahkan bahaya
kelaparan ini menimbulkan korban jiwa yang sangat mengerikan di daerah Cirebon
(1843), demak (1849), dan grobogan (1850). Penyakit busung lapar pun berkembang
dimana-mana. Sebaliknya adanya tanam paksa ini menjadikan Belanda mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya dan bahkan menjadikan Amsterdam sebagai kota pusat
perdagangan dunia. Pengaruh tersebut
dapat diperinci sebagai berikut:
1) Mendatangkan keuntungan dan kemakmuran rakyat Belanda.
2) Hutang-hutang Belanda dapat terlunasi.
3) Penerimaan pendapatan melebihi anggaran belanja.
4) Kas Negeri Belanda yang semula kosong, dapat terpenuhi.
6) Perdagangan berkembang pesat.
Sistem tanam
paksa ini menimbulkan reaksi dari berbagai pihak seperti golongan pengusaha, Baron Van Hoevel,
Edward Douwes Dekker. Sesuai dengan tuntutan kaum liberal maka pemerintah kolonial memberikan peluang kepada
usaha dan modal swasta untuk menanamkan modal mereka dalam berbagai usaha di Indonesia,
terutama perkebunan di jawa dan di luar jawa. Selama zaman liberal (1870-1900),
usaha perkebunan swasta barat mengalami kemajuan yang sanagt pesat dan
mendatangkan keuntungan besar bagi pengusaha. Kekayaan alam indonesia mengalir
ke Negeri Belanda. Akan tetapi bagi penduduk pribumi telah membawa kemerosotan kehidupan,
kemunduran tingkat kesejahteraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti berikut:
1.
Adanya pertumbuhan penduduk yang
meningkat pada abad ke 19 sementara jumlah produksi pertanian menurun .
2.
Adanya sistem tanam paksa dan kerja rodi
yang banyak menimbulkan penyelewengan dan penyalahgunaan dari pihak pengusaha
sehingga membawa korbah bagi penduduk.
3.
Dalam mengurusi pemerintahan di luar Jawa,
Pemerintah Belanda mengerahkan beban keuangan dari daerah jawa sehingga secara
tidak langsung jawa harus menanggung beban keuangan.
4.
Adanya sistem perpajakan yang sangat
memberatkan penduduk.
Sejak VOC dibubarkan pada tahun 1799, Indonesia
diserahkan kembali kepada pemerintahan Kerajaan Belanda. Pindahnya kekuasaan
pemerintahan dari VOC ke tangan pemerintah Belanda tidak berarti dengan
sendirinya membawa perbaikan. Kemerosotan moral di kalangan para penguasa dan
penderitaan penduduk jajahan tidak berubah. Usaha perbaikan bagi penduduk tanah
jajahan tidak dapat dilaksanakan karena Negeri Belanda sendiri terseret dalam
perang dengan negara-negara besar tetangganya.
Hal ini terjadi karena Negeri Belanda pada
waktu itu diperintah oleh pemerintah boneka dari Kemaharajaan Prancis di bawah
pimpinan Napoleon. Dalam situasi yang demikian, Inggris dapat memperluas daerah
kekuasaannya dengan merebut jajahan Belanda, Indonesia.
a. Hindia Belanda di Bawah Daendels (1808–1811)
Dalam usaha mengadakan pembaharuan pemerintahan
di tanah jajahan, di Negeri Belanda ada dua golongan yang mengusulkannya.
1) Golongan Konservatif dengan tokohnya Nenenberg yang menginginkan untuk
mempertahankan sistem politik dan ekonomi seperti yang dilakukan oleh VOC.
2) Golongan Liberal dengan tokohnya Dirk van Hogendorp yang menghendaki
agar pemerintah Hindia Belanda menjalankan sistem pemerintahan langsung dan
menggunakan sistem pajak. Sistem penyerahan paksa yang dilakukan oleh VOC agar
digantikan dengan sistem penyerahan pajak.
Di satu pihak pemerintah condong kepada
pemikiran kaum Konservatif karena kebijaksanaannya akan mendatangkan keuntungan
yang cepat dan mudah dilaksanakan. Di pihak lain, pemerintah juga ingin
menjalankan pembaharuan yang dikemukakan oleh kaum Liberal. Gagasan pembaharuan
pemerintahan kolonial dimulai semenjak pemerintahan Daendels. Sebagai gubernur
jenderal pemerintahan Belanda di Indonesia, Daendels banyak melakukan
langkah-langkah baru dalam pemerintahan. Daendels mengadakan perombakan
pemerintahan secara radikal, yakni meletakkan dasar-dasar pemerintahan menurut
sistem Barat. Langkah-langkah tersebut, antara lain:
1) Pemerintahan kolonial di pusatkan di Batavia dan berada di tangan
gubernur jenderal.
2) Pulau Jawa dibagi menjadi sembilan prefectur. Hal ini untuk mempermudah
administrasi pemerintahan.
3) Para bupati dijadikan pegawai pemerintah Belanda di bawah pemerintahan
prefect.
4) Mengadakan pemberantasan korupsi dan penyelewengan dalam pungutan
(contingenten) dan kerja paksa.
5) Kasultanan Banten dan Cirebon dijadikan daerah pemerintah Belanda yang
disebut pemerintah gubernemen.
6) Berbagai upacara di istana Surakarta dan Yogyakarta disederhanakan.
Pada awal pemerintahannya, Daendels menentang
sistem kerja paksa dan merombak sistem feodal. Akan tetapi, tugas untuk
mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris menyebabkan Daendels terpaksa
harus mengadakan penyerahan kerja paksa secara besar-besaran (dengan
menggunakan pengaruh penguasa pribumi) untuk membangun jalanj-alan dan
benteng-benteng pertahanan.
Demikian juga karena kas negara kosong
menyebabkan juga ditempuh cara-cara lama untuk mengisi kas negara. Dengan
demikian, kehidupan rakyat pribumi tetap menderita. Ketika akhirnya Inggris
menyerbu Pulau Jawa, Daendels sudah dipanggil kembali ke Eropa. Penggantinya
tidak mampu menahan serangan Inggris dan terpaksa menyerah. Dengan demikian,
Indonesia berada di bawah kekuasaan Inggris.
b. Masa Pemerintahan Raffles (1811–1816)
Setelah Indonesia (khususnya Pulau Jawa) jatuh
ke tangan Inggris, oleh pemerintah Inggris dijadikan bagian dari jajahannya di
India. Gubernur Jenderal East India Company (EIC), Lord Minto yang berkedudukan
di Calcuta (India) kemudian mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai letnan
gubernur (wakil gubernur) untuk Indonesia (Jawa).
Raffles didampingi oleh suatu badan panasihat
yang disebut Advisory Council. Tugas yang utama adalah mengatur pemerintahan
dan meningkatkan perdagangan, serta keuangan. Sebagai seorang yang beraliran
liberal, Raffles menginginkan adanya perubahanperubahan dalam pemerintahan di
Indonesia (Jawa).
Selain bidang pemerintahan, ia juga dilakukan
perubahan di bidang ekonomi. Ia hendak melaksanakan kebijaksaaan ekonomi yang
didasarkan kepada dasar-dasar kebebasan sesuai dengan ajaran liberal.
Langkah-langkah yang diambil oleh Raffles dalam bidang pemerintahan dan ekonomi
adalah sebagai berikut.
1) Mengadakan penggantian sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh
penguasa pribumi dengan sistem pemerintahan kolonial ala Barat. Untuk
memudahkan sistem administrasi pemerintahan, Pulau Jawa dibagi menjadi delapan
belas karesidenan.
2) Para bupati dijadikan pegawai pemerintah sehingga mereka mendapat gaji
dan bukan lagi memiliki tanah dengan segala hasilnya. Dengan demikian, mereka
bukan lagi sebagai penguasa daerah, melainkan sebagai pegawai yang menjalankan
tugas atas perintah dari atasannya.
3) Menghapus segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa atau rodi.
Rakyat diberi kebebasan untuk menanam tanaman yang dianggap menguntungkan.
4) Raffles menganggap bahwa pemerintah kolonial adalah pemilik semua tanah
yang ada di daerah tanah jajahan.
Oleh karena itu, Raffles menganggap para
penggarap sawah adalah penyewa tanah pemerintah. Oleh karena itu, para petani
mempunyai kewajiban membayar sewa tanah kepada pemerintah. Sewa tanah atau
landrente ini harus diserahkan sebagai suatu pajak atas pemakaian tanah
pemerintah oleh penduduk.
Sistem sewa tanah smacam itu oleh pemerintah
Inggris dijadikan pegangan dalam menjalankan kebijaksanaan ekonominya selama
berkuasa di Indonesia. Sistem ini kemudian juga diteruskan oleh pemerintah
Hindia Belanda setelah Indonesia diserahkan kembali kepada Belanda.
D. Pengaruh Revolusi
Industri Terhadap Perubahan Sosial, Ekonomi, dan Politik Di Indonesia Pada Saat Ini
Berdasarkan
hasil diskusi dan berbagai sumber referensi, terdapat pula pengaruh dari
revolusi industri pada masa sekarang. Perubahan tersebut diantara lain adalah:
- Perdagangan berbagai komoditas
berkembang pesat di hampir seluruh dunia, sehingga Indonesia bisa bebas
menerima barang dari luar negeri maupun menjual barang ke luar negeri
- Mulai timbulnya pola kehidupan
konsumtif bagi masyarakat khususnya golongan menengah keatas
- Terjadi kesenjangan pendapatan antara
masyarakat golongan kaya dan masyarakat miskin
- Adanya ikatan buruh yang menaungi
aspirasi hak dan kewajiban sebagai buruh.
Daftar Pustaka
Djaja, Wahyudi. 2012. Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno Hingga Eropa
Modern. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Hamid, A.R. & Madjid, M. Saleh.
2011. Pengantar Ilmu Sejarah.
Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Sundoro, Mohammad Hadi. 2007. Dari
Renaisans Sampai Imperialisme Modern. Jember: University Press.
Materisma. Pengaruh Revolusi Industri
Terhadap Perubahan Sosial, Ekonomi, dan Politik di Indonesia. Online (http://www.materisma.com/2014/03/pengaruh-revolusi-industri-terhadap.html) diakses pada 15
-09-2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar