FILSAFAT ILMU
(Sebuah Pengantar
Populer)
JUJUN S. SURIASUMANTRI
DIRESUME
OLEH:
Agus
Budi Prasetyo (120741404069)
Ahmad
Saefudin (120741404083)
Siti
Roudlotul Mufarrikhah (120741404060)
I.
KE
ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT
1. Ilmu
dan filsafat
Berdasarkan
pengetahuannya manusia bisa dibagi menjadi empat kriteria, yaitu:
Ada
orang yang tahu ditahuinya
Ada
orang yang tahu tidak ditidaktahuannya
Ada
orang yang tidak tahu ditahunya
Ada
orang yang tidak tahu ditidaktahuannya.
Pengetahuan dimulai
dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa keragu-raguan, dan filsafat
dimulai dari kedua-duanya. Sehingga jika kita ingin mengerti kan pengetahuan
harus mengetahui apa yang kita tahu dan ketahuilah apa yang kita tidak tahu.
Rumit memang jika membicarakan pengetahuan, ilmu, dan filsafat namun ketiganya
itu ada di dalam hidup kita dan kita pasti akan bertemu dengan ketiganya. jadi
janganlah menganggap sulit sesuatu sebelum kita berusaha untuk mencobanya.
Filsafat mempunyai beberapa karakter, yang pertama adalah
menyeluruh. Maksud dari menyeluruh adalah tidak akan cepat puas dengan apa yang
dimilikinya, karena masih ada banyak lagi sesuatu yang belum diketahui. Dan
jika sudah mempunyai spesialisasi ilmu maka jangan remehkan ilmu yang lain,
tetapi coba kaitkanlah ilmu-ilmu yang lain dengan ilmu yang dimiliki. Kemudian
karakter yang kedua adalah mendasar, maksudnya yaitu jangan cepat percaya bahwa
sesuatu yang kita miliki adalah paling benar sehingga tidak ada kesombongan
diantara kita ini. Yang terakhir karakternya adalah spekulatif, arti dari
spekulatif ini adalah segala sesuatu yang kita anggap benar atau salah itu
hanya pendapat dari kita sendiri. Hal ini disebabkan karena manusia mempunyai
batas dalam pemikirannya.
Filsafat mempunyai berbagai cabang dalam bentuk
kajiannya, cabang-cabang tersebut antara lain:
1. Epistimologi
(Filsafat Pengetahuan)
2. Etika (Filsafat
Moral)
3. Estetika (Filsafat
Seni)
4. Metafisika
5. Politik (Filsafat
Pemerintahan)
6. Filsafat Agama
7. Filsafat Ilmu
8. Filsafat Pendidikan
9. Filsafat Hukum
10. Filsafat Sejarah
11. Filsafat
Matematika.
Untuk
filsafat ilmu sendiri, ia adalah bagian dari epistimologi yang secara spesifik
mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmu). Dan secara garis besar filsafat ilmu
ini dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Hal
ini hanya untuk pembatasan masing-masing bidang yang dikajinya bukan bermaksud
untuk membedakan antara ilmu alam dan ilmu sosial.
II.
DASAR-DASAR
PENGETAHUAN
1. Penalaran
Penalaran
merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir,
bertindak, merasa, dan bersikap. Manusia memiliki kemampuan untuk menalarkan
sesuatu yang diperolehnya melalui proses pengamatan, persepsi, dan jadilah
suatu pengetahuan. Pengetahuan ini kembangkan oleh manusia disebabkan dari dua
hal utama yakni, pertama manusia mempunyai bahasa yang dapat digunakan untuk
berinteraksi dengan manusia yang lainya, sehingga dapat pula bertukar
pengetahuan yang dimiliki guna mengembangkan pengetahuan. Yang kedua yaitu
manusia memiliki mampu mengembangkan pengetahuannya dari proses berpikir. Hal
ini yang dapat membedakan manusia dengan binatang, meskipun binatang juga
mempunyai suatu bahasa terseniri dalam spesiesnya namun dalam kondisi tertentu
binatang tidak dapat menyimbolkan bahasa yang dimiliki karena binatang juga
tidak dapat berpikir seperti selayaknya manusia.
2. Logika
Suatu
pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses
berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara tertentu. Suatu pemikiran
kesimpulan baru dianggap salih (valid) kalau proses pemikiran kesimpulan
tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan
ini desebut logika, di mana logika secara luas didefinisikan sebagai “pengajian
berpikir secara sahih (valid)”.
3. Sumber
pengetahuan
Dalam
memperoleh pengetahuan setidknya ada dua cara untuk mempeoleh pengetahuan yang
bebar. Yang pertama yaitu mendasarkan pada rasio dan yang kedua yaitu
mendasarkan pada pengalaman.
Dalam
kaim rasionalis mempergunakan metode deduktifdan menyusun pengetahuannyapresis
yang dipakai dalam penalaranya yaitu memperoleh ide yang anggapannya jelas dan
dapat diterima. Dalam masalah utama yang terdapat dalam berpikir rasionalis
yaitu terkadag menimbulkan perbedaan pendapat, karena di dalam diri manusia
memiliki karakter dan pandangan yang terkadang berbeda dalam memandang suatu
obyek yang sama.
Namun
dalam kaum empirisme berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapatkan
lewat penalaran rasional abstrak namun lewat pengaaman yang kongkrit. Namun di
dalam berpikir empiris ini yang menjadi masalah utama ialah bahwa pengetahuan
yang dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi suatu kumpulan fakta-fakta.
Kumpulan tersebut belum tentu bersifat konsisten dan mungkin saja akan terdapat
hal-hal yang kontradiktif.
III.
ONTOLOGI:
HAKIKAT APA YANG DIKAJI
Metafisika
merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati termasuk pemikiran
ilmiah. Sehingga diibaratkan pikiran adalah roket yang meluncur ke ruang
angkasa dan metafisika adalah landasan peluncurannya. Terdapat beberapa
tafsiran mengenai metafisika, tafsiran paling pertama yang diberikan oleh
manusia terhadap alam ini adalah terdapat wujud-wujud yang bersifat gaib
(superanatural) dan wujud ini lebih kuasa dibandingkan alam yang nyata. Sebagai
lawan dari supernaturalisme ini adalah paham naturalisme. Materialisme yang
merupakan bagian dari naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak
disebabkan oleh pengaruh kekuatan bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang
ada dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan akhirnya juga dapat
diketahui. Terdapat
pula paham yang saling bertentangan yaitu paham mekanistik dengan paham
vitalistik. Paham mekanistik berpandangan bahwa gejala alam (termasuk makhluk
hidup) hanya merupakan gejala kimia-fisika saja. Sedangkan paham vitalistik
menganggap bahwa hidup adalah sesuatu yang unik dan berbeda substansif dengan
proses kimia-fisika. Selain itu masih ada lagi pertentangan pemahaman mengenai
pikiran dan zat, paham pertama adalah paham monistik yang beranggapan bahwa
antara zat dan pikiran hanya berbeda dalam gejala yang disebabkan proses
berlainan namun masih mempunyai substansi yang sama. Kemudian paham kedua
adalah paham dualistik yang memandan antara zat dan pikiran (kesadaran) berbeda
sui generis secara substansif.
1. Batas-batas
Penjelajahan Ilmu
Ilmu
memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti dibatas pengalaman
manusia. Hal ini dikarenakan berbagai hal yang terjadi sebelum hidup kita,
maupun hal-hal yang terjadi sesudah kematian kita, kesemuanya merupakan di luar
penjelajahan dari ilmu. Fungsi dari ilmu sendiri dalam kehidupan manusia yakni
sebagai alat bantu manusia dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapinya
sehari-hari.
Ilmu
membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan
metode yang dipergunakan dalam menyusun sesuatu harus teruji kebenarannya
secara empiris. Dalam batas manusia ilmu ini hanya berwenang dalam menentukan
benar atau salahnya suatu pernyataan. Untuk itu pahamilah salah satu dari
cabang-cabang ilmu supaya profesional dan mencoba untuk menginterdisiplinkan
ilmu-ilmu lain agar lebih paham tentang dimana disiplin seseorang berhenti dan
dimana disiplin seseorang dimulai. Terdapat sekitar
650 cabang keilmuan di masa sekarang dan pada dasarnya cabang keilmuan tersebut
berkembang dari cabang utama yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun
ilmu-ilmu alam (the natural science )
serta filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam cabang ilmu sosial (the social science). Dari cabang ilmu
sosial ini terdapat cabang lagi yaitu antropologi (mempelajari manusia dalam
perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan
manusia), ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kehidupannya), soiologi
(mempelajari struktur organisasi sosial manusia), dan ilmu politik (mempelajari
sistem dan proses kehidupan manusia dalam pemerintahan dan bernegara). Kemudian
contohnya dari cabang ilmu antropologi bisa terbagi menjadi lima yakni
arkeologi, antropologi fisik, linguistik, etnologi, dan antropologi sosial.
IV.
EPISTIMOLOGI:
CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN
Pengetahuan
pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek
tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari
pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya
seperti seni dan agama. Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang
spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistimologi), dan untuk apa
(aksiologi) pengetahuan itu disusun. Dan
Agar pengetahuan tersebut bisa menjadi sebuah ilmu maka harus dilakukan
dulu yang namanya metode ilmiah.
Seni,
pada sisi lain dari pengetahuan tidak sekedar mengabstraksikan dunia empiris
melainkan juga mencoba untuk mengungkapkan suatu obyek penelaahan menjadi
bermakna bagi mereka yang menciptkan dan yang meresapinya melalui panca indra
maupun perasaan. Dan sebuah karya seni yang baik biasanya mempunyai pesan yang
ingin disampaikan kepada manusia untuk bisa mempengaruhi sikap dan perilaku
mereka. Pada perkembangannya, seni terbagi menjadi dua macam yaitu seni halus
dan seni terapan.
V.
SARAN
BERFIKIR ILMIAH
1. Sarana
berfikir ilmiah
Manusia
dalam mengembangkan pengetahuannya perlu juga sebuah alat-alat. Untuk melakukan
kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana
tersebut menmungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan
cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat
imperative bagi seorang ilmuan. Tanpa menguasai sarana ini maka kegiatan ilmiah
yang baik tak dapat dilakukan.
Sarana
ilmiah pada dasarnya membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus
ditempuh. Pada langkah-langkah yang ditempuh perlulah juga dilakukan dengan sarana-sarana
yang tertentu pula. Oleh sebab itu sebelum kita mempelajari-sarana-sarana
berpikir ilmiah alngkah baiknya kita telah menguasai langkah-langkah dalam
kegiatan ilmiah tersebut, sarana ilmiah juaga memiliki fungsi-fungsi yang khas
dalam kegiatan ilmiah.
Dalam
mempelajari sarana berpikir ilmiah seolah-olah kita mempelajari berbagai cabang
ilmu yang ada, Adapaun hal ini ada dua yang harus diperhatikan. Pertama, sarana
ilmiah merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan bersasarkan metode
ilmiah. Seperti yang diketahui karakteristik dari ilmu pada umumnya dalam
penggunaan berpikir induktif dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan. Dan
yang kedua, tujuan mempelajari saerana ilmiah adalah untuk menelaahan ilmiah
secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan agar kita
mendapatkan pegetahuan yang memungkinkan kita dapat menyelesaikan
masalah-masalah kita sehari-hari. Sebab fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses
metode ilmiah, dan bukan merupakan ilmu itu sendiri.
Adapaun
sarana dalam berpikir ilmiah dengan baik yaitu melalui bahasa, matematika, dan
statistika. Ditinjau dari dari pola berpikirnya maka ilmu merupaka gabungan
antara berpikir induktif dan deduktif. Seperti halnya bahasa sangat diperlukan
sekali dalam berkembangnya suatu ilmu pengetahuan, sedangkan matematika
mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif. Dan statistikan juga
mempunyai peranan sangat penting pula dalam berpikir induktif.
2. Bahasa
Bahasa
merupakan ciri khas yang dimiliki oleh manusia, dengan berbahasa manusia dapat
mengembangkan pengetahuannya dan menyalurkan pengetahuannya kepada manisia yang
laian sehingga terjadi suatu interaksi yang mendorong pengetahuan atau kebudayaan
manusia dapat berkembang. Sedangkan binatang tidak dapat berbahasa, oleh karen
itu mengapa binatang dari dulu sampai sekarang tidak dapat mengembankan
kemampuannya dan juga pada dasrnya binatang juga tidak dapat berpikir
selayaknya seperti manusia. Tanpa bahasa niscaya manusia dapat mengembangkan
nilai-nilai kebudayaanya dan pengetahuannya kepada generasi berikutnya. Dengan behasa memungkinkan menusia berikir
secara abstrak di mana obyek-obyek yang faktual ditrasformasikan menjadi
simbol-simbol bahasa bersifat abstrak, serta memungkinkan pula menusia untuk
memikirkan sesuatu secara berlanjut.
Bahasa
merupakan lambang di mana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu.
Sepeeti halnya perkataan gunung dan burung merpati, dari kata tersebut menunjukan
bahwa manusia dapat memberikan lambang untuk menamai dari dua obyek tersebut,
kiranya patut disadari bahwa manusia memberikan lambang dari kedua obyek tadi
secara begitu saja, di mana setiap daerah, bangsa memeberikan bahasanya yang
berbeda pula. Seperti dalam bahasa inggris gunung diartikan sebagai mountain, dan gunung dalam bahasa arab
diartikan jaba.
Bahasa
juga dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi untuk berkomunikasi. Selain
bunyi manusia juga dapat mengunakan alat-alat untuk berkomunikasi, seperti yang
terdapar pada orang bisu, ia berkomunikasi mengunakan gerakan-gerakan atau
simbol-simbol yang dapat menyampaikan komunikasinya. Bahasa memiliki dua aspek
informative dan emotif. Yang artinya kalau kita berbicara maka hakikatnya
informasi yang kita sampaikan mengandung unsur-unsur emotif, sedangkan jika
kita menyampaikan perasaan maka ekspresi itnu mengandung unsur-unsur
informative. Dan bahasa mengkomunikasikan tiga hal, yaitu buah pikiran,
perasaan, dan sikap.
Digeleng-gelengkan kepala
itu pertanda tak mau atau tak suka
diangguk-anggukkan kepala
itu pertanda ia mau dan juga setuju
Itu
semua isyarat dalam bahasa
tanpa
bicara orang mengerti maksudnya
Orang bisa bica
walau tidak memakai bahasa
untuk menyatakan cinta
cukuplah dengan pandangan mata.
3. Matematika
Matematika
sebagai bahasa. Matematika adalah bahasay yang melmbangkan serangkaian makna
dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambing-lambang metematika bersifat
“artifisial” yang baru mempunyai arti setelah
sebuah makna yang diberikan kepadanya. Misalkan lambing x apabila kita
tidak memberikan arti maka lambing x tidak mempunyai makna, sedagkan apabila
lambing x sudah diberikan suatu arti. Umpamannya bila kita sedang mempelajari
kecepatan jalan kaki seorang anak, maka yang menjadi obyek yaitu “kecepatan
jalan kaki seorang anak” bisa kita lambangkan dengan x. jadi dalam hal ini x
memiliki satu arti yakni “kecepatan jalan kaki seorang anak”. Apabila kita
hubungkan dengan lambing yang lainnya seperti z, dan y maka suatu bahasa
matematika akan mempunyai makna yang lebih kogkrit. Secara ini maka pertanyaan
matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informatif dengan tidak
menimbulkan konotasi yang bersifat emosional.
Matematika
sebagai sebagai sarana berfikir deduktif, berpikir deduktif adalah proses
pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenaranya
telah ditentukan. Seperti halnya sudut ABC apabila dengan ukuran tertentu maka
kita hitung dengan mengukur dari sudut A Ke B, B ke C, dan C ke A. maka kita
akan ketahui hasil perhitungan yang telah kita perhitungkan, maka dari hasil
perhitungan tadi akan menghasilkan sebuah kesimpulan yang yang jelas, spesifik
dan informatif. Pernyataan di atas secara deduktif matematika dapat digunakan
sebagai menjawab pertanyaan-pertanyaan deduktif dalam ilmiah. Meskipun tak
terdapat kejutan dalam logika, tetapi sarana berfikir deduktif dari matematika
ini sungguh sangat berguna dan memberikan kejutan yang sangat menyenagkan. Bagi
dunia keilmuan matematika berperan sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan
terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat. Dengan membuktikan kebenaran
matematika tidak ditentukan oleh pembuktian empiris, melainkan kepada proses
penalaran deduktif.
4. Statistika
Statistika
dan berpikir induktif, yaitu suatu pengetahuan yang telah teruji kebenarannya.
Semua penyataan ilmiah adalah bersifat faktual. Suatu pengujian merupakan suatu
proses pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan.
Statistika memberikan jawaban akan fakta-fakta yang terdapat pada realitas
kehidupan berasarkan data-data yang telah dikelola untuk dijadikan sebuah
kesimpulan. Adapun penarikan kesimpulan deduktif dengan induktif hampir
memiliki kesamaan, tetapi ada yang membedakan bahwa kesimpulan berdasarkan cara
menarik kesimpulan deduktif yang terdapat pada matematika adalah benar dan penarikan
kesimpulan adalah sah. Sedangkan dalam penalaran induktif yang terdapat dalam statistika adalah dalam
penarikan kesimpulannya adalah sah maka kesimpulan itu belum tentu benar.
Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menghitung
tingkat peluang ini dengan eksak.
Satatistika
juga memberikan kemudahan dalam memperoleh sebuah kesimpulan dengan cara
memnguji sebuah populasi dengan pengambilan sampel. Statistika merupakan
pengetahuan yang memungkinkan kita untik menarik kesimpulan secara induktif
berdasarka peluang tersebut. Dasar dari teori statistika adalah teori peluang.
Minta cium kepada sepuluh gadis
Yang kau jumpai di jalan
Meski kau ditampar Sembilan
Bukankah yang kesepulah yang menentukan?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar