Jumat, 15 November 2013

RESUME BUKU FILSAFAT ILMU



FILSAFAT ILMU
(Sebuah Pengantar Populer)
JUJUN S. SURIASUMANTRI
DIRESUME OLEH:
Agus Budi Prasetyo                (120741404069)
Ahmad Saefudin                     (120741404083)
Siti Roudlotul Mufarrikhah    (120741404060)

       I.            KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT
1.      Ilmu dan filsafat
Berdasarkan pengetahuannya manusia bisa dibagi menjadi empat kriteria, yaitu:
Ada orang yang tahu ditahuinya
Ada orang yang tahu tidak ditidaktahuannya
Ada orang yang tidak tahu ditahunya
Ada orang yang tidak tahu ditidaktahuannya.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa keragu-raguan, dan filsafat dimulai dari kedua-duanya. Sehingga jika kita ingin mengerti kan pengetahuan harus mengetahui apa yang kita tahu dan ketahuilah apa yang kita tidak tahu. Rumit memang jika membicarakan pengetahuan, ilmu, dan filsafat namun ketiganya itu ada di dalam hidup kita dan kita pasti akan bertemu dengan ketiganya. jadi janganlah menganggap sulit sesuatu sebelum kita berusaha untuk mencobanya.
            Filsafat mempunyai beberapa karakter, yang pertama adalah menyeluruh. Maksud dari menyeluruh adalah tidak akan cepat puas dengan apa yang dimilikinya, karena masih ada banyak lagi sesuatu yang belum diketahui. Dan jika sudah mempunyai spesialisasi ilmu maka jangan remehkan ilmu yang lain, tetapi coba kaitkanlah ilmu-ilmu yang lain dengan ilmu yang dimiliki. Kemudian karakter yang kedua adalah mendasar, maksudnya yaitu jangan cepat percaya bahwa sesuatu yang kita miliki adalah paling benar sehingga tidak ada kesombongan diantara kita ini. Yang terakhir karakternya adalah spekulatif, arti dari spekulatif ini adalah segala sesuatu yang kita anggap benar atau salah itu hanya pendapat dari kita sendiri. Hal ini disebabkan karena manusia mempunyai batas dalam pemikirannya.
            Filsafat mempunyai berbagai cabang dalam bentuk kajiannya, cabang-cabang tersebut antara lain:
1. Epistimologi (Filsafat Pengetahuan)
2. Etika (Filsafat Moral)
3. Estetika (Filsafat Seni)
4. Metafisika
5. Politik (Filsafat Pemerintahan)
6. Filsafat Agama
7. Filsafat Ilmu
8. Filsafat Pendidikan
9. Filsafat Hukum
10. Filsafat Sejarah
11. Filsafat Matematika.
Untuk filsafat ilmu sendiri, ia adalah bagian dari epistimologi yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmu). Dan secara garis besar filsafat ilmu ini dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Hal ini hanya untuk pembatasan masing-masing bidang yang dikajinya bukan bermaksud untuk membedakan antara ilmu alam dan ilmu sosial.

    II.            DASAR-DASAR PENGETAHUAN
1.      Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, bertindak, merasa, dan bersikap. Manusia memiliki kemampuan untuk menalarkan sesuatu yang diperolehnya melalui proses pengamatan, persepsi, dan jadilah suatu pengetahuan. Pengetahuan ini kembangkan oleh manusia disebabkan dari dua hal utama yakni, pertama manusia mempunyai bahasa yang dapat digunakan untuk berinteraksi dengan manusia yang lainya, sehingga dapat pula bertukar pengetahuan yang dimiliki guna mengembangkan pengetahuan. Yang kedua yaitu manusia memiliki mampu mengembangkan pengetahuannya dari proses berpikir. Hal ini yang dapat membedakan manusia dengan binatang, meskipun binatang juga mempunyai suatu bahasa terseniri dalam spesiesnya namun dalam kondisi tertentu binatang tidak dapat menyimbolkan bahasa yang dimiliki karena binatang juga tidak dapat berpikir seperti selayaknya manusia.
2.      Logika
Suatu pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara tertentu. Suatu pemikiran kesimpulan baru dianggap salih (valid) kalau proses pemikiran kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini desebut logika, di mana logika secara luas didefinisikan sebagai “pengajian berpikir secara sahih (valid)”.
3.      Sumber pengetahuan
Dalam memperoleh pengetahuan setidknya ada dua cara untuk mempeoleh pengetahuan yang bebar. Yang pertama yaitu mendasarkan pada rasio dan yang kedua yaitu mendasarkan pada pengalaman.
Dalam kaim rasionalis mempergunakan metode deduktifdan menyusun pengetahuannyapresis yang dipakai dalam penalaranya yaitu memperoleh ide yang anggapannya jelas dan dapat diterima. Dalam masalah utama yang terdapat dalam berpikir rasionalis yaitu terkadag menimbulkan perbedaan pendapat, karena di dalam diri manusia memiliki karakter dan pandangan yang terkadang berbeda dalam memandang suatu obyek yang sama.
Namun dalam kaum empirisme berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapatkan lewat penalaran rasional abstrak namun lewat pengaaman yang kongkrit. Namun di dalam berpikir empiris ini yang menjadi masalah utama ialah bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi suatu kumpulan fakta-fakta. Kumpulan tersebut belum tentu bersifat konsisten dan mungkin saja akan terdapat hal-hal yang kontradiktif.

 III.            ONTOLOGI: HAKIKAT APA YANG DIKAJI
Metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah. Sehingga diibaratkan pikiran adalah roket yang meluncur ke ruang angkasa dan metafisika adalah landasan peluncurannya. Terdapat beberapa tafsiran mengenai metafisika, tafsiran paling pertama yang diberikan oleh manusia terhadap alam ini adalah terdapat wujud-wujud yang bersifat gaib (superanatural) dan wujud ini lebih kuasa dibandingkan alam yang nyata. Sebagai lawan dari supernaturalisme ini adalah paham naturalisme. Materialisme yang merupakan bagian dari naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang ada dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan akhirnya juga dapat diketahui.                                                                        Terdapat pula paham yang saling bertentangan yaitu paham mekanistik dengan paham vitalistik. Paham mekanistik berpandangan bahwa gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia-fisika saja. Sedangkan paham vitalistik menganggap bahwa hidup adalah sesuatu yang unik dan berbeda substansif dengan proses kimia-fisika. Selain itu masih ada lagi pertentangan pemahaman mengenai pikiran dan zat, paham pertama adalah paham monistik yang beranggapan bahwa antara zat dan pikiran hanya berbeda dalam gejala yang disebabkan proses berlainan namun masih mempunyai substansi yang sama. Kemudian paham kedua adalah paham dualistik yang memandan antara zat dan pikiran (kesadaran) berbeda sui generis  secara substansif.
1.      Batas-batas Penjelajahan Ilmu
Ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti dibatas pengalaman manusia. Hal ini dikarenakan berbagai hal yang terjadi sebelum hidup kita, maupun hal-hal yang terjadi sesudah kematian kita, kesemuanya merupakan di luar penjelajahan dari ilmu. Fungsi dari ilmu sendiri dalam kehidupan manusia yakni sebagai alat bantu manusia dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.             
Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun sesuatu harus teruji kebenarannya secara empiris. Dalam batas manusia ilmu ini hanya berwenang dalam menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan. Untuk itu pahamilah salah satu dari cabang-cabang ilmu supaya profesional dan mencoba untuk menginterdisiplinkan ilmu-ilmu lain agar lebih paham tentang dimana disiplin seseorang berhenti dan dimana disiplin seseorang dimulai.                          Terdapat sekitar 650 cabang keilmuan di masa sekarang dan pada dasarnya cabang keilmuan tersebut berkembang dari cabang utama yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural science ) serta filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam cabang ilmu sosial (the social science). Dari cabang ilmu sosial ini terdapat cabang lagi yaitu antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan manusia), ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kehidupannya), soiologi (mempelajari struktur organisasi sosial manusia), dan ilmu politik (mempelajari sistem dan proses kehidupan manusia dalam pemerintahan dan bernegara). Kemudian contohnya dari cabang ilmu antropologi bisa terbagi menjadi lima yakni arkeologi, antropologi fisik, linguistik, etnologi, dan antropologi sosial.

 IV.            EPISTIMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistimologi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan itu disusun. Dan  Agar pengetahuan tersebut bisa menjadi sebuah ilmu maka harus dilakukan dulu yang namanya metode ilmiah.
Seni, pada sisi lain dari pengetahuan tidak sekedar mengabstraksikan dunia empiris melainkan juga mencoba untuk mengungkapkan suatu obyek penelaahan menjadi bermakna bagi mereka yang menciptkan dan yang meresapinya melalui panca indra maupun perasaan. Dan sebuah karya seni yang baik biasanya mempunyai pesan yang ingin disampaikan kepada manusia untuk bisa mempengaruhi sikap dan perilaku mereka. Pada perkembangannya, seni terbagi menjadi dua macam yaitu seni halus dan seni terapan.

    V.            SARAN BERFIKIR ILMIAH
1.      Sarana berfikir ilmiah
Manusia dalam mengembangkan pengetahuannya perlu juga sebuah alat-alat. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut menmungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperative bagi seorang ilmuan. Tanpa menguasai sarana ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.
Sarana ilmiah pada dasarnya membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah-langkah yang ditempuh perlulah juga dilakukan dengan sarana-sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itu sebelum kita mempelajari-sarana-sarana berpikir ilmiah alngkah baiknya kita telah menguasai langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah tersebut, sarana ilmiah juaga memiliki fungsi-fungsi yang khas dalam kegiatan ilmiah.

Dalam mempelajari sarana berpikir ilmiah seolah-olah kita mempelajari berbagai cabang ilmu yang ada, Adapaun hal ini ada dua yang harus diperhatikan. Pertama, sarana ilmiah merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan bersasarkan metode ilmiah. Seperti yang diketahui karakteristik dari ilmu pada umumnya dalam penggunaan berpikir induktif dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan. Dan yang kedua, tujuan mempelajari saerana ilmiah adalah untuk menelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan agar kita mendapatkan pegetahuan yang memungkinkan kita dapat menyelesaikan masalah-masalah kita sehari-hari. Sebab fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah, dan bukan merupakan ilmu itu sendiri.
Adapaun sarana dalam berpikir ilmiah dengan baik yaitu melalui bahasa, matematika, dan statistika. Ditinjau dari dari pola berpikirnya maka ilmu merupaka gabungan antara berpikir induktif dan deduktif. Seperti halnya bahasa sangat diperlukan sekali dalam berkembangnya suatu ilmu pengetahuan, sedangkan matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif. Dan statistikan juga mempunyai peranan sangat penting pula dalam berpikir induktif.          
2.      Bahasa
Bahasa merupakan ciri khas yang dimiliki oleh manusia, dengan berbahasa manusia dapat mengembangkan pengetahuannya dan menyalurkan pengetahuannya kepada manisia yang laian sehingga terjadi suatu interaksi yang mendorong pengetahuan atau kebudayaan manusia dapat berkembang. Sedangkan binatang tidak dapat berbahasa, oleh karen itu mengapa binatang dari dulu sampai sekarang tidak dapat mengembankan kemampuannya dan juga pada dasrnya binatang juga tidak dapat berpikir selayaknya seperti manusia. Tanpa bahasa niscaya manusia dapat mengembangkan nilai-nilai kebudayaanya dan pengetahuannya kepada generasi berikutnya.  Dengan behasa memungkinkan menusia berikir secara abstrak di mana obyek-obyek yang faktual ditrasformasikan menjadi simbol-simbol bahasa bersifat abstrak, serta memungkinkan pula menusia untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut. 
Bahasa merupakan lambang di mana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu. Sepeeti halnya perkataan gunung dan burung merpati, dari kata tersebut menunjukan bahwa manusia dapat memberikan lambang untuk menamai dari dua obyek tersebut, kiranya patut disadari bahwa manusia memberikan lambang dari kedua obyek tadi secara begitu saja, di mana setiap daerah, bangsa memeberikan bahasanya yang berbeda pula. Seperti dalam bahasa inggris gunung diartikan sebagai mountain, dan gunung dalam bahasa arab diartikan jaba.
Bahasa juga dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi untuk berkomunikasi. Selain bunyi manusia juga dapat mengunakan alat-alat untuk berkomunikasi, seperti yang terdapar pada orang bisu, ia berkomunikasi mengunakan gerakan-gerakan atau simbol-simbol yang dapat menyampaikan komunikasinya. Bahasa memiliki dua aspek informative dan emotif. Yang artinya kalau kita berbicara maka hakikatnya informasi yang kita sampaikan mengandung unsur-unsur emotif, sedangkan jika kita menyampaikan perasaan maka ekspresi itnu mengandung unsur-unsur informative. Dan bahasa mengkomunikasikan tiga hal, yaitu buah pikiran, perasaan, dan sikap.
Digeleng-gelengkan kepala
itu pertanda tak mau atau tak suka
diangguk-anggukkan kepala
itu pertanda ia mau dan juga setuju
Itu semua isyarat dalam bahasa
tanpa bicara orang mengerti maksudnya
Orang bisa bica
walau tidak memakai bahasa
untuk menyatakan cinta
cukuplah dengan pandangan mata.
3.      Matematika
Matematika sebagai bahasa. Matematika adalah bahasay yang melmbangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambing-lambang metematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah  sebuah makna yang diberikan kepadanya. Misalkan lambing x apabila kita tidak memberikan arti maka lambing x tidak mempunyai makna, sedagkan apabila lambing x sudah diberikan suatu arti. Umpamannya bila kita sedang mempelajari kecepatan jalan kaki seorang anak, maka yang menjadi obyek yaitu “kecepatan jalan kaki seorang anak” bisa kita lambangkan dengan x. jadi dalam hal ini x memiliki satu arti yakni “kecepatan jalan kaki seorang anak”. Apabila kita hubungkan dengan lambing yang lainnya seperti z, dan y maka suatu bahasa matematika akan mempunyai makna yang lebih kogkrit. Secara ini maka pertanyaan matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informatif dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat emosional.
Matematika sebagai sebagai sarana berfikir deduktif, berpikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenaranya telah ditentukan. Seperti halnya sudut ABC apabila dengan ukuran tertentu maka kita hitung dengan mengukur dari sudut A Ke B, B ke C, dan C ke A. maka kita akan ketahui hasil perhitungan yang telah kita perhitungkan, maka dari hasil perhitungan tadi akan menghasilkan sebuah kesimpulan yang yang jelas, spesifik dan informatif. Pernyataan di atas secara deduktif matematika dapat digunakan sebagai menjawab pertanyaan-pertanyaan deduktif dalam ilmiah. Meskipun tak terdapat kejutan dalam logika, tetapi sarana berfikir deduktif dari matematika ini sungguh sangat berguna dan memberikan kejutan yang sangat menyenagkan. Bagi dunia keilmuan matematika berperan sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat. Dengan membuktikan kebenaran matematika tidak ditentukan oleh pembuktian empiris, melainkan kepada proses penalaran deduktif.
4.      Statistika
Statistika dan berpikir induktif, yaitu suatu pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Semua penyataan ilmiah adalah bersifat faktual. Suatu pengujian merupakan suatu proses pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan. Statistika memberikan jawaban akan fakta-fakta yang terdapat pada realitas kehidupan berasarkan data-data yang telah dikelola untuk dijadikan sebuah kesimpulan. Adapun penarikan kesimpulan deduktif dengan induktif hampir memiliki kesamaan, tetapi ada yang membedakan bahwa kesimpulan berdasarkan cara menarik kesimpulan deduktif yang terdapat pada matematika adalah benar dan penarikan kesimpulan adalah sah. Sedangkan dalam penalaran induktif  yang terdapat dalam statistika adalah dalam penarikan kesimpulannya adalah sah maka kesimpulan itu belum tentu benar. Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menghitung tingkat peluang ini dengan eksak.




Satatistika juga memberikan kemudahan dalam memperoleh sebuah kesimpulan dengan cara memnguji sebuah populasi dengan pengambilan sampel. Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untik menarik kesimpulan secara induktif berdasarka peluang tersebut. Dasar dari teori statistika adalah teori peluang.
Minta cium kepada sepuluh gadis
Yang kau jumpai di jalan
Meski kau ditampar Sembilan
Bukankah yang kesepulah yang menentukan?.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar