BANJIR
Warga
Perumahan Puri Kartika, Ciledug, berusaha selamatkan barangnya dan mengungsi
akibat banjir luapan Sungai Pesanggrahan, yang hampir 1 meter tinggi air masuk
rumahnya, Rabu (3/4/2012). (TRIBUN Jakarta/FX Ismanto)
Berita
Terkait: Banjir di
Jakarta
- Warga
Korban Banjir Diimbau Waspada Wabah Penyakit
- 935
Korban Banjir Dapat Perawatan Kesehatan
- Update:
9 Lokasi Genangan Air di Jakarta
- Ini Dia
Daerah Rawan Banjir di Jakarta
- Foke
Janjikan Pondok Labu Tak Lagi Banjir
- Banjir
Jakarta Mulai Surut, Lalu Lintas Lancar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banjir yang melanda kota Jakarta sejak Senin hingga Rabu
kemarin menimbulkan tanda tanya. Banyak sungai seperti Kali Pesanggrahan,
Krukut juga Angke dan sebagian Ciliwung meluap.
Padahal,
curah hujan yang terjadi tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan saat banjir
Jakarta tahun 1996 yang hanya tercatat 300 mm/hari serta tahun 2007 hujan 340
mm/hari.
Kuat
dugaan banjir terjadi lantaran adanya pendangkalan sungai.
"Kapasitas
debit sungai saat ini hanya mampu menampung 20% dari debit banjir yang ada.
Adanya penyempitan dan pendangkalan sungai menyebabkan sekitar 80% debit sungai
menjadi banjir yang menggenangi permukiman," kata Kepala Pusat Data
Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho kepada Tribunnews.com, Kamis(5/4/2012).
Sutopo
mengatakan, luas Daerah Aliran Sungai(DAS) Pesanggrahan sebesar 177 km2.
Hulunya di perumahan Budi Agung, Tanah Sereang Kota Bogor, dan hilir bertemu
dengan Cengkareng Drain.
Hampir
70% kawasan terbangun dari luas DASnya. Permukiman padat sekitar 45% dari luas
DAS tersebar di bagian hilir, mulai dari Kebayoran Lama, Kedoya dan Kebon Jeruk
Jakarta Barat. Kawasan hijau hanya 7% dan tidak merata.
Sedangkan
luas DAS Angke 239 km2 dengan hulu di perumahan Yasmin Bogor kemudian melewati
Parung, Bojonggede, Ciputat, Serpong dan bermuara di Mookevart. Hampir 60% dari
luas DAS adalah permukiman padat. Sisanya tegalan, lahan kosong, semak. Tidak
ada hutan.
"Dengan
kondisi tutupan lahan yang demikian maka hujan yang turun hampir 70% langsung
menjadi limpasan permukaan. Buruknya drainase dan sungai maka tidak mampu
mengalirkan limpasan permukaan. Kapasitas debit sungai saat ini hanya mampu
menampung 20% dari debit banjir yang ada," kata Sutopo.
Dengan
kondisi tersebut lanjut Sutopo suatu hal yang wajar jika terjadi banjir. Justru
akan aneh jika tidak banjir karena dari sistem hidrologi memang sudah tidak
seimbang
Guna
mengatasi banjir di Kali Pesanggrahan dan sekitarnya berdasarkan catatan
Sutopo, pemerintah telah mengalokasikan dana Rp 2,3 triliun. Dana tersebut
untuk normalisasi tiga sungai yaitu Pesanggrahan, Angke dan Sunter dan
pelaksanaannya dimulai tahun 2011-2014.
"Pertahun
dialokasikan Rp 600 miliar yang dilakukan oleh Kementerian PU dan Pemprov DKI,
PU menangani aspek teknis untuk konstruksinya, dan DKI untuk masalah pembebasan
lahan. Atau untuk Kali Pesanggrahan dan Angke sekitar Rp 400 milyar,"
jelas Sutopo.
Dengan
normalisasi,menurut Sutopo kapasitas debit sungai meningkat empat kali lipat
dari debitnya pada saat ini. Pada tahun ini akan dilakukan normalisasi Kali
Pesanggrahan sepanjang 8 km dan Kali Angke 6 km. Total normalisasi Kali
Pesanggrahan 26,7 km dengan melebarkan sungai dari 10-15 meter pada saat ini
menjadi 30-40 meter.
Akibatnya
debit sungai akan meningkat dari 30 m3/detik menjadi 220,3 m3/detik.
Normalisasi Sungai Angke dilakukan sepanjang 20 KM, dengan melebarkan dari
10-15 meter menjadi 27-30 meter pada akhir 2014. Kapasitas debit air juga akan
meningkat dari 16 m3/detik menjadi 200 m3/detik.
"Namun
keberhasilan normalisasi tersebut sangat tergantung juga peran serta masyarakat
dan dunia usaha. Sebab saat ini banyak masyarakat yang tinggal di bantaran
sungai. Bahkan tidak sedikit yang rumah dibangun di dalam badan sungai sehingga
masalah pembebasan lahan sangat berperan keberhasilan program mengatasi
banjir," pungkasnya.
Editor: Willy Widianto
disalin pada kamis 27 September 2012 pukul 19.21
WIB.
Pertanyaan
Pemandu
- Apa
peristiwa yang terjadi ?
Peristwa
yang terjadi adalah banjir yang terjadi di kota.
- Dimana
ristiwa tersebut terjadi ?
Peristiwa
tersebut terjadi di Perumahan Puri Kartika, Ciledug, Jakarta.
- Siapa
yang terlibat atas peristiwa tersebut ?
Yang
terlibat atas peristiwa tersebut tidak bisa dipastikan karena adanya
keterkaitan antara pihak satu dengan yang lain. Utamanya adalah masyarakat kota
sendiri yang tidak peduli terhadap lingkungan dan Pemerintah yang kurang
berpartisipasi karena peristiwa tersebut terlihat dari lempar tanggug jawab
antara instansi satu dengan instansi yang lain.
- Kapan
peristiwa tersebut terjadi ?
Peristiwa
tersebut terjadi pada Rabu (3/4/2012) namun mulai tanggal (1/4/2012) banjir tersebut sudah mulai
meluap.
- Menagapa
peristiwa tersebut bisa terjadi ?
Peristiwa
tersebut bisa terjadi karena meluapnya berbagai sungai seperti sungai
Pesanggrahan, Krukut, Angke, dan sebagian Ciliwung akibat hujan yang melanda
Jakarta, padahal curah hujan tersebut menurut data yang ada tidak begitu tinggi
dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal utama yang menyebabkan terjadinya
banjir adalah pendangkalan di sebagian sungai sehingga kapasitas sungai tidak
mampu menampung debit air yang ada. Akhirnya dengan hujan yang tidak begitu
deras pun berbagai sungai akan cepat meluap dan terjadilah banjir.
- Bagaimana
peristiwa tersebut bisa terjadi ?
Peristiwa
tersebut terjadi akibat banyak sungai di Jakarta mengalami pendangkalan dan
penyempitan. Hal tersebut tidak sebanding dengan debet air yang ada, selain itu
banyak juga pinggiran sungai yang digunakan untuk pemukiman warga sehingga
sampah yang dibuang juga menghambat aliran sungai. Menurut pendapat dari
narasumber banjir yang terjadi juga disebabkan dengan sistem drainase yang
kurang baik, sedikitnya taman kota atau pepohonan yang gunanya sebagai tahanan
air hujan agar tidak langsung ke permukaan tanah, kurangnya lahan kosong untuk
peresapan air hujan dan akibat gejala alam yang tidak seimbang. Dengan hujan
yang terjadi walaupun curah hujannya tidak begitu tinggi maka air di sungai
cepat sekali meluap karena ketidak seimbangan antara kapasitas penampungan air
disungai dan debit air yang ada. Akibatnya banjir meluap dan menggenangi
perumahan warga selama beberapa hari dan peristiwa tersebut terjadi hampir
setiap tahun. Dampak dari banjir yang terjadi di sekitar sungai Pesanggrahan
cukup banyak, salah satunya adalah penyakit yang terjadi setelah selesainya
banjir semisal muntaber, demam, berbagai penyakit kulit dan masih banyak lagi.
- Berapa
banyak alokasi dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi akibat terjadinya
peristiwa tersebut ?
Menurut
narasumber alokasi yang dikeluarkan Pemerintah dalam penanggulangan banjir di
Jakarta khususnya kali pesangrahan selama tahun 2011 sampai 2014 adalah 2,3
triliyun rupiah. Dan dari Kementrian PU serta Pemprov DKI sendiri sekitar 600
milyar per tahun untuk penanggulangan banjir dan pembebasan lahan di sekitar
kali Pesanggrahan. Alokasi tersebut belum termasuk bantuan kepada korban banjir
yang terkena genangan air, jadi masih banyak sekali dana yang dikeluarkan oleh
Pemrintah untuk mengatasi banjir di wilayah Jakarta khusunya daerah bantaran
kali Pesanggrahan.
" 4605+17= ; - ) "
" 4605+17= ; - ) "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar