Kamis, 18 Desember 2014

100 konsep metode penelitian


Konsep-konsep Metode Penelitian

1.      Subyek: dasar yang diakui atau dasar pengakuan berupa sesuatu. (H. Nawawi, 2012:2)
2.      Predikat: sesuatu yang diakui tentang dasar itu. (H. Nawawi, 2012:2)
3.      Pengetahuan Khusus: pengakuan mengenai hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain secara individual atau yang tertentu atau khusus. (H. Nawawi, 2012:8)
4.      Pengetahuan Umum: pengakuan mengenai hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain dan berlaku umum dalam arti berlaku untuk suatu macam sebagai keseluruhan dan tiap-tiap macam yang terdapat di dalam keseluruhan itu. (H. Nawawi, 2012:8)
5.      Obyek material: kenyataan yang diselidiki atau dibahas. (H. Nawawi, 2012:11)
6.      Obyek formal: aspek khusus atau tertentu dari obyek material yang diungkapkan oleh suatu disiplin ilmu (H. Nawawi, 2012:11)
7.      Ilmu alam: ilmu yang obyeknya benda alam dengan hukum-hukumnya yang relatif bersifat pasti dan berlaku umum. (H. Nawawi, 2012:12)
8.      Ilmu sosial: ilmu yang obyeknya dipengaruhi oleh manusia termasuk juga manusia itu sendiri, sehingga hukum-hukumnya tidak sama dengan hukum-hukum alam karena bersifat secara relatif kurang pasti. (H. Nawawi, 2012:12)
9.      Silogisme: suatu argumentasi yang terdiri dari tiga buah proporsi berupa pernyataan yang membenarkan atau menolak suatu perkara. (H. Nawawi, 2012:18)
10.  Konklusi: konsekuensi dari kedua premis yang terdahulu. (H. Nawawi, 2012:18)
11.  Penelitian deskriptif: penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan suatu peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta. (H. Nawawi, 2012:33)
12.  Penelitian infrensial: penelitian yang bertujuan mengungkapkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa, dengan memberikan penilaian secara menyeluruh, meluas, dan mendalam dari sudut pandang ilmu yang relevan. (H. Nawawi, 2012:34)
13.  Hipotesis: suatu pendapat atau teori yang masih kurang sempurna atau dalam artian harus dibuktikan atau diuji kebenaranya. (H. Nawawi, 2012:47)
14.  Variabel bebas: sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur yang lain. (H. Nawawi, 2012:60)
15.  Variabel terikat: sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas. (H. Nawawi, 2012:61)
16.  Variabel kontrol: sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang dengan sengaja dikendalikan, agar tidak mempengaruhi variabel bebas dan variabel terikat. (H. Nawawi, 2012:61)
17.  Variabel antara: sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas. (H. Nawawi, 2012:62)
18.  Variabel ekstrane: sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol dan tidak pula dapat diperhitungkan atau dielaminir (dihapuskan) pengaruhnya terhadap variabel bebas. (H. Nawawi, 2012:62)
19.  Metode: cara yang dipergunakan untuk mencapat tujuan. (H. Nawawi, 2012:63)
20.  Metode fiosofis: prosedur pemecahan masalah yang diselidiki secara rasional melalui perenungan atau pemikiran yang terarah, mendalam, dan mendasar tentang hakekat sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik mempergunakan pola berfikir aliran filsafat tertentu maupun dalam bentuk analisa sistematik berdasarkan pola berfikir induktif, deduktif dan sebagainya dengan memperhatikan hukum-hukum berfikir (logika). (H. Nawawi, 2012:66)
21.  Metode deskriptif: prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek/obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya. (H. Nawawi, 2012:67)
22.  Studi kasus: penelitian dengan memusatkan diri secara intensif terhadap satu obyek tertentu, dengan mempelajarinya sebagai kasus. (H. Nawawi, 2012:77)
23.  Metode historis: prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan baik untuk memahami kejadian yang berlangsung masa kini dan masa lalu untuk saling dikaitkan. (H. Nawawi, 2012:84)
24.  Data primer: data authentik atau data langsusng dari tangan pertama tentang masalah yang diungkapkan. (H. Nawawi, 2012:85)
25.  Data sekunder: data yang mengutip dari sumber lain sehingga tidak bersifat authentik karena sudah diperoleh dari tangan kedua. (H. Nawawi, 2012:85)
26.  Metode eksperimen: prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dua variabel atau lebih dengan mengendalikan pengaruh variabel lain. (H. Nawawi, 2012:88)
27.  Observasi:  pengamatan dan per catatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. (H. Nawawi, 2012:106)
28.  Interviu: usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula. (H. Nawawi, 2012:118)
29.  Kuisioner: usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis, untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. (H. Nawawi, 2012:124)
30.  Responden: orang yang paling mengetahui tentang dirinya sendiri, sehingga data atau informasi yang tidak dapat diamati dapat diperoleh dengan alat lain, akan dapat diketahui melalui kedua alat tersebut. (H. Nawawi, 2012:125)
31.  Validitas empiris: kevaildan yang diperoleh dengan membandingkan alat pengumpul data yang hendak diukur validitasnya dengan keadaan nyata sebagai kriterium yang harus menunjukkan kecocokan secara sempurna. (H. Nawawi, 2012:147)
32.  Populasi: keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala, nilai test, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. (H. Nawawi, 2012:150)
33.  Teknik sampling: cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar mewakili populasi. (H. Nawawi, 2012:161)
34.  Penemuan: data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. (Sugiyono, 2012:5)
35.  Pembuktian: data yang diperoleh digunakan untuk membuktikan adanya keraguan-keraguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu. (Sugiyono, 2012:5)
36.  Pengembangan: memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada (Sugiyono, 2012:5)
37.  Penelitian akademik: penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa dalam membuat skripsi, tesis, dan disertasi. (Sugiyono, 2012:8)
38.  Penelitian profesional: penelitian yang dilakukan oleh orang yang berprofesi sebagai peneliti (termasuk dosen). (Sugiyono, 2012:8)
39.  Penelitian institusional: penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk megembangkan lembaga. (Sugiyono, 2012:8)
40.  Emic: berdasarkan pandangan dari sumber data, bukan pendapat peneliti. (Sugiyono, 2012:12)
41.  Masalah: penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi seharusnya. (Sugiyono, 2012:25)
42.  Tahap deskripsi: tahapan penelitian untuk memasukkan situasi sosial: ada tempat, aktor, aktivitas. (Sugiyono, 2012:30)
43.  Tahap reduksi: tahapan penelitian dalam menentukan fokus: memilih diantara yang telah dideskripsikan. (Sugiyono, 2012:30)
44.  Tahap seleksi: tahap penelitian untuk mengurai fokus: menjadikan komponen yang lebih rinci. (Sugiyono, 2012:30)
45.  Rumusan masalah: suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. (Sugiyono, 2012:55)
46.  Teori: seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proporsi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. (Sugiyono, 2012:79)
47.  Kerangka berfikir: model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. (Sugiyono, 2012:91)
48.  Sampel: bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2012:118)
49.  Probability sampling: teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. (Sugiyono, 2012:120)
50.  Non probability sampling: teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. (Sugiyono, 2012:3)
51.  Skala pengukuran: kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur. (Sugiyono, 2012:133)
52.  Instrumen penelitian: suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. (Sugiyono, 2012:148)
53.  Statistik deskriptif: statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. (Sugiyono, 2012:207)
54.  Statistik inferensial: teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. (Sugiyono, 2012:209)
55.  Signifikansi: kemampuan untuk digeneralisasikan dengan kesalahan tertentu. (Sugiyono, 2012:209)
56.  Korelasi produk moment: untuk pengujian hipotesis hubungan antara satu variabel bebas dengan satu dependen. (Sugiyono, 2012:215)
57.  Korelasi data: apabila pengujian hipotesis tentang hubungan dua variabel bebas atau lebih secara bersama-sama  dengan satu dependen. (Sugiyono, 2012:215)
58.  Korelasi parsial: digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara dua variabel atau lebih, bila terdapat variabel yang dikendalikan. (Sugiyono, 2012:215)
59.  Analisis regresi: digunakan untuk melakukan prediksi, bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dinaikan atau diturunkan nilainya. (Sugiyono, 2012:215)
60.  Kesalahan tipe I: suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang benar (seharusnya diterima). (Sugiyono, 2012:226)
61.  Kesalahan tipe II: kesalahan bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya ditolak). (Sugiyono, 2012:226)
62.  Tringulasi: teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. (Sugiyono, 2012:330)
63.  Analisis domain: pemerolehan gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek/penelitian atau situasi sosial. (Sugiyono, 2012:348)
64.  Analisis taksonomi: analisis terhadap keseluruhan data yang terkumpul berdasarkan domain yang telah ditetapkan. (Sugiyono, 2012:356)
65.  Analisis komponensial: penguraiaannya adalah domain yang telah ditetapkan menjadi fokus. (Sugiyono, 2012:359)
66.  Analisis tema budaya: upaya mencari “benang merah” yang mengintegrasikan lintas domain yang ada. (Sugiyono, 2012:360)
67.  Empiris: berlandaskan pada pengamatan dan penalaran, bukan pada wahyu gaib, dan hasil-hasilnya tidak spekulatif. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:5)
68.   Teoritis: usaha untuk merangkum pengamatan-pengamatan yang rumit dalam dalil-dalil abstrak yang secara logis berkaitan dan menerangkan hubungan sebab-akibat dari suatu persoalan. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:5)
69.  Kumulatif: teori-teori sosiologi dibangun di atas satu sama lain, teori-teori baru mengoreksi, memperluas, dan menyempurnakan teori-teori lama. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:5)
70.  Nonetis: para sosiolog tidak mempertanyakan apakah tindakan-tindakan sosial tertentu baik atau buruk, mereka hanya menerangkan tindakan-tindakan sosial itu. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:5)
71.  Penelitian ilmiah: terdiri atas usaha memperoleh informasi melalui pengamatan-pengamatan empiris yang dapat digunakan untuk pengembangan sistematis dan menetapkan dalil-dalil yang berkaitan secara logis untuk menetapkan hubungan sebab-akibat diantara variabel-variabel. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:5)
72.  Deskriptif: mendata atau mengelompokkan sederet unsur yang terlihat sebagai pembentuk suatu bidang persoalan yang ada. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:6)
73.  Artikulasi: pengelompokan harus dilakukan dalam tahap-tahap dari umum ke khusus sehinga material bisa diperiksa menurut kategori-kategori terinci ataupun menurut penggolongan yang luas, yang bisa dipilih dari mana saja yang lebih cocok untuk suatu maksud. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:8)
74.  Ketepatan logis: kumpulan kategori yang diartikulasi dalam masing-masing tahap itu haruslah lengkap dan berdiri sendiri. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:8)
75.  Penyesuaian terhadap susunan situasi: pengelompokkan harus berlandaskan pada suatu garis besar yang komperhensif tentang situasi sebagai keseluruhan. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:8)
76.  Penyesuaian terhadap kerangka acuan responden: pengelompokkan harus diwujudkan sejelas mungkin sebatas pengertian situasi responden, pusat perhatiannya, kategori-kategori penelitiannya. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:8)
77.  Peramalan: usaha meramalkan kejadian-kejadian masa depan berdasarkan informasi masa lalu. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:14)
78.  Kepalsuan: suatu jenis khusus ketidaktepatan karena ia menggambarkan suatu hubungan yang merupakan hasil sampingan dari setiap variabel yang telah dipengaruhi oleh suatu variabel ketiga.. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:38)
79.  Rancangan eksperimental: kesemua rancangan yang diarahkan untuk mengontrol kondisi yang di dalamnya orang-orang diamati dan dianalisis. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:81)
80.  Hipotesis statistik: pernyataan mengenai populsi statistik yang berdasarkan informasi dari data yag diamati diusahakan oleh seseorang untuk didukung atau disangkal. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:112)
81.  Pengujian hipotesis: mengarahkan hipotesis pada suatu bentuk penyelidikan empiris untuk menetapkan apakah hipotesis ini didukung atau disanggah oleh apa yang diamati dari peneliti. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:124)
82.  Reaktivitas responden: fakta bahwa seseorang yang sedang diamati bisa menyebabkan ia mengubah tingkah lakunya yang wajar sampai tingkat tertentu. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:140)
83.  Social desirability: suatu keadaan dalam wawancara dengan responden yang cenderung memberikan jawaban yang diyakininya ingin didengar oleh pewawancara. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:40)
84.  Keterlibatan kalkulatif: keadaan disaat seseorang yang patuh kepada seseorang lainnya yang disebabkan oleh kekuasaan memberikan hasil akan sangat sering menghitung keuntungan dan ganjaran dari tingkah lakunya. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:143)
85.  Keterlibatan alienatif: keadaan disaat seseorang yang patuh karena adanya paksaan yang diamatiya. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:143)
86.  Keterlibatan moral: seseorang yang patuh karena ia meyakini hal yang normal berbuat demikian. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:143)
87.  Pengukuran: pemberian angka-angka secara nominal terhadap perangkat sosial dan atau perangkat psikologis individu atau kelompok yang sesuai dengan aturan dan menetapkan korelasi di antara keduanya secara simbolik. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:148)
88.  Konstruk: istilah yang tidak memiliki acuan empiris yang sebenarnya. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:159)
89.  Nominal: definisi yang sering kali ditemukan didalam kamus. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:160)
90.  Operasionalisasi: proses penyederhanaan suatu konstruk kedalam sebuah konsep. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:161)
91.  Kesahihan alat pengukuran: perangkat pengukuran yang memperkenankan peneliti untuk menyatakan bahwa alat pengukur apa yang ia katakan akan mengukur. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:193)
92.  Kesahihan konten: semata-mata merupakan suatu bentuk logis kesahihan yang mungkin dimiliki oleh alat pengukur manapun. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:196)
93.  Kesahihan prediktif: didasarkan pada hubungan yang teratur antara tingkah laku apa yang akan diramalkan oleh sebuah tes dan tingkah laku. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:199)
94.  Kesahihan konstruk: kesahihan yang berguna untuk mengukur berbagai sifat ketika kriteria eksternal tidak tersedia. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:202)
95.  Keterandalan: kemampuan alat untuk mengukur gejala secara konsisten yang dirancang untuk mengukur. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:204
96.  Sampling kuota: pencarian sejumlah unsur dengan memilih unsur yang paling mudah diperoleh peneliti dan unsur yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan keinginannya. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:262)
97.  Samping purposive: salah satu cara yang diambil peneliti untuk memastikan bahwa unsur tertentu di masukkan kedalam sampel. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:264)
98.  Sampling snowball: mendapatkan semua individu dalam kelompok yang terbatas yang dikenal sebagai teman dekat atau kerabat, dan kemudian teman tersebut memperoleh teman-teman lainnya, sampai peneliti menemukan persahabatan sebagai pola sosial yang lengkap. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:267)
99.  Sampling ganda: pengambilan sampel dari sejumlah unsur dari sampel lain di antara mereka sendiri. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:278)
100.                      Sumber sekunder: sumber data yang tidak dibatasi ruang dan waktu. (A. Black, James dan J. Champion, Dean,. 1992:348)

Nawawi, Hadari. 2012. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
A. Black, James dan J. Champion, Dean. 1992. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: PT Eresco.