Sabtu, 27 September 2014

RESENSI NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI


RESENSI NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI

Novel yang menginspirasi semua pembacanya dan berdasarkan pengalaman nyata dari penulisnya ini mempunyai banyak kisah mengesankan. Berawal dari tokoh yang bernama Alif Fikri dari Sumatera yang bimbang dengan pendidikannya di tingkat menengah ke atas. Impian alif adalah kuliah di ITB Bandung dengan jurusan yang diminatinya, tetapi orang tua lebih memilih untuk melanjutkan di Pondok supaya pandai dalam pendidikan dan agama. Dalam hati nurani dia ingin menjadi seorang insinyur seperti BJ Habibie, namun orangtuanya menginginkan menjadi sosok intelektual yang agamis seperti Buya Hamka atau M. Hatta. Kebimbangan ini membuat Alif menjadi kebingungan dalam memilih jenjang pendidikan, sampai akhirnya dia dengan didukung oleh pamannya memilih Pondok Madani yang berada di Ponorogo Jawa Timur sebagai tempat melanjutkan pendidikan.
Keinginan hati dari Alif terasa sia-sia karena tidak mampu terealisasikan, tidak seperti teman yang lain yang mampu melanjutkan di tempat favoritnya sendiri. Rasa iri muncul dalam hatinya, iri karena keinginannya terabaikan oleh kehendak orang tua. Setelah ada lowongan masuk di Pondok Madani, Alif dan orang tuanya menuju ke Jawa Timur untuk melakukan tes masuk. Mereka menginap beberapa hari untuk melakukan tes dan menunggu pengumuman.  Pengumuman telah di pasang dalam papan dan tertulis pula nama Alif Fikri dinyatakan dengan predikat lulus. Orang tuanya sangat gembira melihat hal itu, tetapi tidak dengan Aif. Pikirannya mulai kemana-mana membayangkan betapa disiplinnya di pondok bagaikan sebuah penjara.
            Hari pertama masuk di Pondok ada beberapa teman sekamar Arif yang berasal dari beberapa daerah. Diantaranya bernama Baso, Atang, Dulmajid, dan Sa’id. Mereka sangatlah kompak dengan saling menasehati satu sama lainnya. Setelah proses pembelajaran dimulai mereka bertemu dengan sosok guru yang menginspirasi dengan hanya menggunakan satu ayat Alquran yaitu “Man Jadda Wa Jadda” arti dari ayat tersebut adalah siapa yang bersungguhsungguh maka dia akan mencapai apa yang dicita-citakan atau diharapkan.ayat tersebut sangat dipegang teguh kepada para sahibul menara itu. Yang dimaksud sahibul menara dikarenakan mereka berlima sering melakukan aktivitas atau sekedar beristirahat di taman menara masjid. Hampir setiap hari mereka di menara dengan saling menyatakan cita-cita kedepan
            Suatu ketika disaat sahibul menara beristirahat mereka saling debat karena melihat awan dengan imajinatif yang berbedaa-beda. Ada yang menyebut awan dilangit sebagai benua Amerika, ada yang menyebut sebagai benua Eropa, Benua Asia, dan ada yang menyebutnya mirip sebagai Indonesia. Masing-masing juga mempunyai cita-cita tinggi untuk bisa berada disana dan melanjutkan jenjang sekolah yang lebih tinggi. Alhasil dengan niat yang sangat keras mereka semua bisa mencapai cita-cita yang telah diimpikan. Sepuluh tahun setelah mereka melalang buana ke luar negeri akhrnya bisa mengadakan reuni di suatu tempat. Reuni tersebut disambut dengan haru bercampur hati yang senang, setelah sekian lama tidak ketemu akhirnya bisa ketemu kembali. Inilah kisah hebat dari bagi sosok-sosok pemimpi seperti mereka, banyak hal yang dapat dijadikan inspirasi untuk menjalani kehidupan.
Jika ditinjau lebih mendalam maka novel tersebut mempunyai beberapa nilai yang baik dalam pendidikan. Berikut  Nilai Pendidikan dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi, yaitu mulai dari:
(a) nilai religius yang meliputi cinta kepada Allah, ikhlas, belajar, mengajar, salat, hafalan Alquran, beribadah, bersyukur, mohon ampun, dan berdoa;
(b) nilai moralyang meliputi belajar bersama, disiplin, tertib, patuh, kerja keras, bersungguh-sungguh, jujur, patang menyerah, tanggung jawab, dan mandiri;
(c) nilai sosial yang meliputi peduli, persaudaraan, kebersamaan, saling membantu, kerja sama, dan persahabatan; dan
(d) nilai budaya yang meliputi adat jual beli, nama marga, dan garis keturunan. Semua nilai pendidikan tersebut disampaikan tidak bersifat menggurui tetapi melalui struktur cerita yang memiliki nilai estetis.


Ejournal, Umpwr. .Nilai Pendidikan Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi dan Pembelajarannya Di Kelas Xi SMA Pancasila Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal online. (http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/surya-bahtera/article/viewFile/864/825) diakses pada 10 September 2014.


RESUME BUKU KORPORASI DAN POLITIK PERAMPASAN TANAH


RESUME BUKU KORPORASI DAN POLITIK PERAMPASAN TANAH

            Perubahan mulai dirasakan masyarakat Indonesia ketika sektor pertanian mengalami kemajuan. Dari yang awalnya hanya berbasis keluarga atau hanya untuk memenuhi kebutuha keluarga saja, kini sudah berganti menjadi sektor bisnis yang cakupannya untuk memenuhi kebutuhan skala besar. Berbagai cara dilakukan Pemerintah alias korporasi untuk membuat program pengolahan pertanian yang besar, salah satu yang dibuat adalah Merauke Integreted Food and Energy Estate (MIFEE). Tujuan dibentuknya program ini adalah  mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia dan menjadikan Papua dan lima daerah lainnya menjadi penghasil laba perekonomian.
            Warga Papua khususnya Merauke telah mengklaim tanah yang ditempatinya termasuk lahan pertanian yang digarap adalah miliknya sendiri. Namun korporasi juga mengakui tanah tersebut sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Hal ini menjadi kontradiksi tentang siapakah yang berhak mengeksploitasi tanah di wilayah Merauke. Akibat dari kontradiksi ini mulai banyak permasalahan yang terjadi di Merauke. Permasalahan tersebut terjadi akibat mulai masuknya perusahaan-perusahaan yang mengekspoitasi tanah dan hutan.
            Masyarakat asli Merauke merupakan orang Marind/Malind dan mereka menyebut dirinya sebagai Anim-Ha yang artinya adalah manusia sejati. Masyarakat Marind hidup dengan mengandalkan sektor pertanian, mereka sering berpindah-pindah untuk bertempat tinggal mengikuti lahan pertanian yang dianggap subur. Saking dekatnya dengan Alam, mereka menganggap tanah, air, pohon, hutan dan manusia Marind sudah bisa menyatu. Kehidupan sosial terasa harmonis tanpa ada masalah-masalah yang berarti. Hubungan dengan pencipta alam juga terjalin dengan baik melalui berbagai upacara kepercayaan yang dilakukan. Belum banyak tekonologi yang dipakai, semua sangat tergantung bantuan dari alam. Namun hal ini mungkin dianggap orang asing sebagai masyarakat tradisional atau mayarakat pedalaman.
            Kemajuan teknologi dan perbaikan fasilitas menjadi mimpi besar masyarakat Marind. Sudah lama masyarakat tinggal bergantung dengan alam, mereka juga ingin mendapatkan fasiitas yang sama seperti masyarakat lainnya. Kemajuan dalam segala sektor ini cukup diinginkan masyarakat karena ingin merubah hidupnya menjadi lebih baik. Hingga akhirnya mereka menerima proyek yang dilakukan perusahaan atas perintah dari korporasi. Tanah-tanah yang dahulu diklaim menjadi milik pribadi masyarakat mulai dijual untuk pengembangan sektor pertanian. Janji perusahaan adalah membangun fasilitas masyarakat dan setiap pemuda mendapat pekerjaan yang mapan di perusahaan, anak-anak mendapatkan biaya sekolah, dan lainnya.
            Tanah pertanian kini mulai menjadi milik perusahaan dan akan dikelola untuk kepentingan skala besar. Setelah beberapa lama perusahaan beroperasi, janji-janji yang dahulu dibuat tidak semua terrealisasi. Akibatnya masyarakat mulai resah dengan keadaan tersebut perlawanan yang dilakukan pasti kalah karena korporasi yang paling berkuasa. Permasalah masyarakat tidak hanya dengan perusahaan dan korporasi saja. Alam yang dahulu bersahabat menjadi berubah karena sudah dieksploitasi besar-besaran. Apa-apa sekarang harus dibeli dengan uang karena mereka tidak bisa melakukan aktivitas pertanian dan perburuan.
            Niat baik untuk berubah menjadi maju malah menjadi bumerang bagi masyarakat. Mungkin jika bisa memilih maka masyarakat tidak akan menjual tanahnya kepada perusahaan atas nama korporasi. Namun semua telah terjadi, masyarakat tidak mungkin melawan takdir yang dirasakannya saat ini. Politik korporasi yang awalnya dianggap mampu memajukan semuanya seakan-akan menjadi musibah bagi masyarakat Marind. Berbagai tawaran yang diberikan nampak bagus diawal saja sehingga masyarakat bisa menerima. Tetapi hampir semua janji yang diberikan tidak terrealisasikan. Masyarakat cukup kecewa dengan hal ini, belum lagi ditambah masalah pribadi antar warga. Proyek besar berdampak mengadu domba masyarakat dan kesenjangan tetap terjadi. Banyak juga penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat. Mulai dari kekurangan gizi untuk balita dan anak-anak, hingga peyakit HIV Aids yang diderita oleh perempuan akibat adanya tempat prostisusi terselubung.
            Sebagian masyarakat yang mempertahankan tanahnya untuk kebutuhan sendiri merasa lebih beruntung. Mereka tidak terbelenggu dengan uang dan kemajuan jaman. Hampir segala kebutuhannya bisa terpenuhi dengan bercocok tanam dan berburu. Walau alam sudah berbeda dari sebelumnya mereka tetap bisa bertahan dari kesenjangan. Anak cucunya pada suatu saat nanti masih bisa menikmati sumber daya alam yang miliki. Tetapi keberanian untuk mempertahankan tanah harus tetap dilakukan supaya Anim Ha atau manusia sejati tidak hilang termakan jaman.

            Buku hasil karangan Laksmi A. Safitri bisa menginspirasi kita untuk kuat daam mempertahankan hal yang dianggap sangat penting. Walaupun titik permasalahan adalah karena korporasi dan perusahaan yang mengploitasi wilayah pedalaman, kita tidak boleh langsung menyalahkan korporasi. Niat korporasi sudah baik tetapi pelaksanaannya saja yang harus dibenahi agar tidak mnyengsarakan salah satu pihak. Sungguh buku yang menarik untuk dibaca oleh semua khalayak baik itu masyarakat umum maupun petinggi-petinggi pemerintahan. Jangan ada yang saling menyalahkan supaya tidak memperkeruh suatu keadaan, dan terakhir semoga peristiwa yang dialami masyarakat Papua tidak akan terjadi dimasyarakat lainnya.

PENGARUH REVOLUSI INDUSTRI TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL, EKONOMI, DAN POLITIK DI INDONESIA

PENGARUH REVOLUSI INDUSTRI TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL, EKONOMI, DAN POLITIK INDONESIA

A. Gambaran Umum tentang Revolusi Industri di Inggris
            Revolusi Industri adalah perubahan teknologi, sosial ekonomi, dan budaya pada akhir abad ke-18 dana awal abad ke-19 yang terjadi dengan pergantian ekonomi yang berdasarkan pekerja menjadi yang didominasi oleh industri dan diproduksi mesin. Dengan revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau anpa direncanakan. Sehingga revolusi berjalan dengan cepat tanpa perencanaan dahulu.
            Latar belakang terjadinya revolusi industri adalah sebagai berikut:
  1. Keamanan dalam Negara Inggris yang baik
  2. Mulai berkembangnya kegiatan kewiraswastaan dan manufaktur
  3. inggris memiliki kekayaan alam terutama batu bara dan bijih besi
  4. Inggris memiliki banyak daerah jajahan
  5. Terjadinya revolusi agraria
  6. Munculnya paham ekonomi liberal
  7. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
Dari latar belakang yang mendukung adanya revolusi industri maka muncul pla penemuan-penemuan yang cukup banyak, penemuan itu antara lain:
  1. Penemuan mesin uap dari James Watt
  2. Penemuan dalam bidang tekstil
  3. Penemuan dalam bidang transportasi
  4. Penemuan mesin tenun oleh Edmund Cartwright
  5. Penemuan cap slinder oleh Thomas Bell
  6. Penemuan batu bara untuk melelehkan besi oleh Abraham Derby
  7. Pembuatan kereta uap oleh Richad Trevvethick
  8. Pembuatan telegraf oleh Graham Bell
  9. Pembuatan mobil oleh Daimler
  10. Dan sebagainya.
B. Pengaruh Revolusi Industri Terhadap Perubahan Sosial dan Ekonomi Di Indonesia
Sejak awal abad ke 19 pemerintah belanda mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk membiayai peperangan baik di Negara belanda sendiri maupun di indonesia sehingga belanda harus menanggung hutang yang sangat besar. Untuk menyelamatkan belanda dari kebangkrutan maka johanes van den bosch memusatkan kebijaksanaannya pada peningkatan produksi tanaman ekspor. Untuk itu yang perlu di lakukan adalah mengerahkan tenaga rakyat jajahan untuk melakukan tanam paksa yang hasilnya akan laku di pasaran dunia. Setelah tiba di indonesia (1830) Van Den Bosch menyusun program kerja sebagai berikut.
1.      Sistem sewa tanah dengan uang dihapus karena pemasukan tidak banyak dan pelaksanaannya sulit.
2.      Sistem tanam bebas harus diganti dengan tanam wajib dengan jenis tanaman yang sudah ditentukan oleh pemerintah.
3.      Pajak atas tanah harus dibayar dengan penyerahan sebagian dari hasil tanamannya kepada pemerintah belanda.
Pelaksanaan sistem tanam paksa banyak menyimpang dari aturan pokok dan cenderung untuk mengadakan eksplorasi agrarian semaksimal mungkin.  Akibat dari tanam paksa bagi indonesia khususnya tanah jawa adalah sebagai berikut.
1.      Sawah ladang menjadi terbengkalai karena diwajibkan kerja rodi yang berkepanjangan sehingga penghasilan menurun drastis.
2.      Beban rakyat semakin berat karena harus menyerahkan sebagian tanah dan hasil panennya, membayar pajak, mengikuti kerja rodi, dan menanggung resiko apabila gagal panen.
3.      Adanya tekanan fisik dan mental yang berkepanjangan bagi rakyat indonesia
4.      Kemiskinan yang semakin berat
5.      Kelaparan dan wabah penyakit yang menyebabkan angka kematian meningkat drastis.
Bahkan bahaya kelaparan ini menimbulkan korban jiwa yang sangat mengerikan di daerah Cirebon (1843), demak (1849), dan grobogan (1850). Penyakit busung lapar pun berkembang dimana-mana. Sebaliknya adanya tanam paksa ini menjadikan Belanda mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan bahkan menjadikan Amsterdam sebagai kota pusat perdagangan dunia. Pengaruh tersebut dapat diperinci sebagai berikut:
1) Mendatangkan keuntungan dan kemakmuran rakyat Belanda.
2) Hutang-hutang Belanda dapat terlunasi.
3) Penerimaan pendapatan melebihi anggaran belanja.
4) Kas Negeri Belanda yang semula kosong, dapat terpenuhi.
6) Perdagangan berkembang pesat.
Sistem tanam paksa ini menimbulkan reaksi dari berbagai pihak  seperti golongan pengusaha, Baron Van Hoevel, Edward Douwes Dekker. Sesuai dengan tuntutan kaum liberal maka pemerintah kolonial memberikan peluang kepada usaha dan modal swasta untuk menanamkan modal mereka dalam berbagai usaha di Indonesia, terutama perkebunan di jawa dan di luar jawa. Selama zaman liberal (1870-1900), usaha perkebunan swasta barat mengalami kemajuan yang sanagt pesat dan mendatangkan keuntungan besar bagi pengusaha. Kekayaan alam indonesia mengalir ke Negeri Belanda. Akan tetapi bagi penduduk pribumi telah membawa kemerosotan kehidupan, kemunduran tingkat kesejahteraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti berikut:
1.      Adanya pertumbuhan penduduk yang meningkat pada abad ke 19 sementara jumlah produksi pertanian menurun .
2.      Adanya sistem tanam paksa dan kerja rodi yang banyak menimbulkan penyelewengan dan penyalahgunaan dari pihak pengusaha sehingga membawa korbah bagi penduduk.
3.      Dalam mengurusi pemerintahan di luar Jawa, Pemerintah Belanda mengerahkan beban keuangan dari daerah jawa sehingga secara tidak langsung jawa harus menanggung beban keuangan.
4.      Adanya sistem perpajakan yang sangat memberatkan penduduk.
Sejak VOC dibubarkan pada tahun 1799, Indonesia diserahkan kembali kepada pemerintahan Kerajaan Belanda. Pindahnya kekuasaan pemerintahan dari VOC ke tangan pemerintah Belanda tidak berarti dengan sendirinya membawa perbaikan. Kemerosotan moral di kalangan para penguasa dan penderitaan penduduk jajahan tidak berubah. Usaha perbaikan bagi penduduk tanah jajahan tidak dapat dilaksanakan karena Negeri Belanda sendiri terseret dalam perang dengan negara-negara besar tetangganya. 
Hal ini terjadi karena Negeri Belanda pada waktu itu diperintah oleh pemerintah boneka dari Kemaharajaan Prancis di bawah pimpinan Napoleon. Dalam situasi yang demikian, Inggris dapat memperluas daerah kekuasaannya dengan merebut jajahan Belanda, Indonesia.
a. Hindia Belanda di Bawah Daendels (1808–1811)
Dalam usaha mengadakan pembaharuan pemerintahan di tanah jajahan, di Negeri Belanda ada dua golongan yang mengusulkannya.
1) Golongan Konservatif dengan tokohnya Nenenberg yang menginginkan untuk mempertahankan sistem politik dan ekonomi seperti yang dilakukan oleh VOC.
2) Golongan Liberal dengan tokohnya Dirk van Hogendorp yang menghendaki agar pemerintah Hindia Belanda menjalankan sistem pemerintahan langsung dan menggunakan sistem pajak. Sistem penyerahan paksa yang dilakukan oleh VOC agar digantikan dengan sistem penyerahan pajak.
Di satu pihak pemerintah condong kepada pemikiran kaum Konservatif karena kebijaksanaannya akan mendatangkan keuntungan yang cepat dan mudah dilaksanakan. Di pihak lain, pemerintah juga ingin menjalankan pembaharuan yang dikemukakan oleh kaum Liberal. Gagasan pembaharuan pemerintahan kolonial dimulai semenjak pemerintahan Daendels. Sebagai gubernur jenderal pemerintahan Belanda di Indonesia, Daendels banyak melakukan langkah-langkah baru dalam pemerintahan. Daendels mengadakan perombakan pemerintahan secara radikal, yakni meletakkan dasar-dasar pemerintahan menurut sistem Barat. Langkah-langkah tersebut, antara lain:
1) Pemerintahan kolonial di pusatkan di Batavia dan berada di tangan gubernur jenderal.
2) Pulau Jawa dibagi menjadi sembilan prefectur. Hal ini untuk mempermudah administrasi pemerintahan.
3) Para bupati dijadikan pegawai pemerintah Belanda di bawah pemerintahan prefect.
4) Mengadakan pemberantasan korupsi dan penyelewengan dalam pungutan (contingenten) dan kerja paksa.
5) Kasultanan Banten dan Cirebon dijadikan daerah pemerintah Belanda yang disebut pemerintah gubernemen.
6) Berbagai upacara di istana Surakarta dan Yogyakarta disederhanakan.
Pada awal pemerintahannya, Daendels menentang sistem kerja paksa dan merombak sistem feodal. Akan tetapi, tugas untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris menyebabkan Daendels terpaksa harus mengadakan penyerahan kerja paksa secara besar-besaran (dengan menggunakan pengaruh penguasa pribumi) untuk membangun jalanj-alan dan benteng-benteng pertahanan.
Demikian juga karena kas negara kosong menyebabkan juga ditempuh cara-cara lama untuk mengisi kas negara. Dengan demikian, kehidupan rakyat pribumi tetap menderita. Ketika akhirnya Inggris menyerbu Pulau Jawa, Daendels sudah dipanggil kembali ke Eropa. Penggantinya tidak mampu menahan serangan Inggris dan terpaksa menyerah. Dengan demikian, Indonesia berada di bawah kekuasaan Inggris.
b. Masa Pemerintahan Raffles (1811–1816)
Setelah Indonesia (khususnya Pulau Jawa) jatuh ke tangan Inggris, oleh pemerintah Inggris dijadikan bagian dari jajahannya di India. Gubernur Jenderal East India Company (EIC), Lord Minto yang berkedudukan di Calcuta (India) kemudian mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai letnan gubernur (wakil gubernur) untuk Indonesia (Jawa).
Raffles didampingi oleh suatu badan panasihat yang disebut Advisory Council. Tugas yang utama adalah mengatur pemerintahan dan meningkatkan perdagangan, serta keuangan. Sebagai seorang yang beraliran liberal, Raffles menginginkan adanya perubahanperubahan dalam pemerintahan di Indonesia (Jawa).
Selain bidang pemerintahan, ia juga dilakukan perubahan di bidang ekonomi. Ia hendak melaksanakan kebijaksaaan ekonomi yang didasarkan kepada dasar-dasar kebebasan sesuai dengan ajaran liberal. Langkah-langkah yang diambil oleh Raffles dalam bidang pemerintahan dan ekonomi adalah sebagai berikut.
1) Mengadakan penggantian sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi dengan sistem pemerintahan kolonial ala Barat. Untuk memudahkan sistem administrasi pemerintahan, Pulau Jawa dibagi menjadi delapan belas karesidenan.
2) Para bupati dijadikan pegawai pemerintah sehingga mereka mendapat gaji dan bukan lagi memiliki tanah dengan segala hasilnya. Dengan demikian, mereka bukan lagi sebagai penguasa daerah, melainkan sebagai pegawai yang menjalankan tugas atas perintah dari atasannya.
3) Menghapus segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa atau rodi. Rakyat diberi kebebasan untuk menanam tanaman yang dianggap menguntungkan.
4) Raffles menganggap bahwa pemerintah kolonial adalah pemilik semua tanah yang ada di daerah tanah jajahan. 
Oleh karena itu, Raffles menganggap para penggarap sawah adalah penyewa tanah pemerintah. Oleh karena itu, para petani mempunyai kewajiban membayar sewa tanah kepada pemerintah. Sewa tanah atau landrente ini harus diserahkan sebagai suatu pajak atas pemakaian tanah pemerintah oleh penduduk.
Sistem sewa tanah smacam itu oleh pemerintah Inggris dijadikan pegangan dalam menjalankan kebijaksanaan ekonominya selama berkuasa di Indonesia. Sistem ini kemudian juga diteruskan oleh pemerintah Hindia Belanda setelah Indonesia diserahkan kembali kepada Belanda.
D. Pengaruh Revolusi Industri Terhadap Perubahan Sosial, Ekonomi, dan Politik Di Indonesia Pada Saat Ini
            Berdasarkan hasil diskusi dan berbagai sumber referensi, terdapat pula pengaruh dari revolusi industri pada masa sekarang. Perubahan tersebut diantara lain adalah:
  1. Perdagangan berbagai komoditas berkembang pesat di hampir seluruh dunia, sehingga Indonesia bisa bebas menerima barang dari luar negeri maupun menjual barang ke luar negeri
  2. Mulai timbulnya pola kehidupan konsumtif bagi masyarakat khususnya golongan menengah keatas
  3. Terjadi kesenjangan pendapatan antara masyarakat golongan kaya dan masyarakat miskin
  4. Adanya ikatan buruh yang menaungi aspirasi hak dan kewajiban sebagai buruh.














Daftar Pustaka

Djaja, Wahyudi. 2012. Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno Hingga Eropa Modern. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Hamid, A.R. & Madjid, M. Saleh. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Sundoro, Mohammad Hadi. 2007. Dari Renaisans Sampai Imperialisme Modern. Jember: University Press.

Materisma. Pengaruh Revolusi Industri Terhadap Perubahan Sosial, Ekonomi, dan Politik di Indonesia. Online (http://www.materisma.com/2014/03/pengaruh-revolusi-industri-terhadap.html) diakses pada 15 -09-2014.