Selasa, 08 Juli 2014

AWAL PENEMUAN BENUA KANGGURU (AUSTRALIA)

AWAL PENEMUAN BENUA KANGGURU (AUSTRALIA)

BAB I
PENDAHULUAN

I.1        Latar Belakang
            Terra Australis Incognita” adalah sebutan pertama dari Benua Australia yang tergambar dalam peta karya ahli geografi Eropa pada abad 15-16 masehi. Awalnya sejak abad ke 2 masehi seorang tokoh terkenal bernama Ptolemy mengemukakan ada daratan di daerah selatan yang masih belum dikenal dan dianggap sebagai penyeimbang daratan-daratan bumi bagian utara. Makna kalimat Terra Australis Incognita adalah suatu daratan yang luas, namun daratan ini masih bersifat imajiner karena belum ada yang bisa membuktikan adanya daratan luas di dekat kutub selatan tersebut. Perbedaan pendapat mengenai Terra Australis Incognita terjadi antara kaum Agamawan yang menganggap Bumi itu datar dan kaum ilmuwan yang menganggap bumi itu tidak datar melainkan berbentuk bulat. Perdebatan itulah yang menjadi awal mula sejarah Benua Australia atau saat ini dikenal sebagai Benua Kangguru.
            Pasca dominasi agamawan mulai hilang, banyak pelayaran yang dilakukan oleh pelaut Bangsa Eropa untuk menjelajahi Daerah Timur dengan berbagai kepentingan. Pada dasarnya tujuan Bangsa Eropa menjelajah ini adalah untuk melakukan transaksi pedagangan di penjuru daerah supaya memperoleh keuntungan yang sangat besar. Jalur perdaganganpun mulai dicari para pelaut supaya lebih cepat mencapai Daerah Timur. Dengan berbagai misi mencari jalur ini banyak pelaut yang disengaja maupun tidak mulai menemukan daerah baru yang digunakan untuk berdagang atau sekedar sandar saja. Salah satunya adalah Daerah Australia sendiri yang ditemukan oleh pelaut Belanda dan pelaut-pelaut Inggris. Sampai saat ini pelaut Inggris bernama James Cook yang dianggap sebagai orang Eropa pertama dalam menemukan serta mengklaim daerah Australia sebagai milik dari Bangsa Inggris. Walaupun sebelum dia ada juga pelaut lain yang menemukannya termasuk pelaut dari Nusantara yang berlayar menggunkan perahu cadik.
I.2        Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi penduduk Australia sebelum kedatangan Bangsa Eropa?
2. Mengapa Bangsa Eropa menjelajah sampai Benua Australia?

I.3        Tujuan Umum
            Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberi wawasan dan pengetahuan kepada pembaca mengenai awal penemuan Benua Australia sebelum datangnya Bangsa Eropa.
 I.4       Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang bagaimana kondisi penduduk Australia sebelum kedatangan Bangsa Eropa.
2. Untuk mengetahui mengapa Bangsa Eropa menjelajah sampai Benua Australia.














BAB II
PEMBAHASAN

II.1      Kondisi Penduduk Australia Sebelum Kedatangan Bangsa Eropa
             Terdapat dua macam kebudayaan yang berkembang di Australia, pertama yaitu kebudayaan penduduk asli dan kedua kebudayaan yang berasal dari Eropa (Siboro J., 5:1989). Diperkirakan penduduk asli Australia ini beasal dari arah utara dan menetap di daerah tersebut sejak 40.000 tahun-an, jadi secara de facto penduduk asli inilah yang pertama kali menemukan Benua Austrlia. Lalu siapakah penduduk asli tersebut?
Penduduk Asli Australia
            Penduduk asli Australia berbeda dengan ras-ras besar yang ada di dunia, sehingga mereka dimasukkan dalam ras tersendiri yaitu ras khusus yang disebut ras Australoid. Secara fisik penduduk asli ini dapat dikenali dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Kulit berwarna coklat (hitam kalau terbakar sinar matahari), rambut ikal bergelombang, muka dan tubuh ditumbuhi oleh bulu-bulu yang lebat, dahi sempit atau mundur, rongga mata dalam, alis mata menonjol, rahang menonjol, mulut lebar, tulang tengkorak tebal, tinggi badan rata-rata adalah 5 kaki dan 5/6 inchi (Siboro J., 6:1989). Salah satu yang mempunyai ciri-ciri tersebut dan juga sebagai penduduk asli Australia adalah suku Aborigin.
            Pada waktu dahulu Suku Aborigin bermukim secara terpencar-pencar dan terisolir, hal ini karena kondisi Australia yang tidak memungkinkan penduduknya untuk saling berinteraksi satu dengan yang lain. Pada mulanya, mereka hidup dari berburu dan mencari ikan. Mereka berburu binatang liar seperti kanguru dengan tombak, panah, dan bumerang yang merupakan senjata khas kaum Aborigin. Ilmu bercocok tanam dan beternak belum dikenal, karenanya kelompok anak suku Aborigin tidak pernah berkelana jauh dari sumber-sumber air atau sungai. Rumahnya pun amat sederhana, terbuat dari susunan ranting pohon dan dedaunan. Dalam masyarakat kesukuannya, mereka dipimpin oleh kepala suku yang biasanya juga merangkap sebagai dukun suku itu. Sebutan pemimpin suku ini adalah Pemulwuy, dia adalah Pangeran Diponegoronya kaum Aborigin (Ratih H., 4:1992). Tugas utama dari Pemulwuy adalah menjaga semua anggota suku dari Bangsa Asing, tugas lainnya adalah memimpin upacara keagamaan dan perkawinan.

Gambar Suku Aborigin
Sumber: (http://www.anneahira.com/sejarah-australia.htm diakses pada 30 Januari 2014)
Hubungan Kaum Aborigin dengan Dunia Luar
            Sebelum Suku Aborigin mengenal Bangsa Eropa mereka sudah lama saling berhubungan dengan orang-orang Asia. Diantaranya adalah orang dari Makasar, Jepang, dan Cina. Interaksi tersebut terjalin tidak secara bersamaan melainkan pada waktu yang berbeda-beda. Orang Asia datang di Australia tidaklah untuk menjajahnya tetapi  untuk kepentingan ekonomi saja seperti tukar-menukar barang dan mencari barang dagangan.
            Dalam hubungannya dengan orang Makasar, kaum Aborigin sangatlah terbuka hampir tidak ada konflik yang terjadi diantara keduanya. Orang Makasar datang di Australia khususnya Australia Utara dengan tujuan mencari tripang untuk dijual kembali ke daratan Cina (Ratih H., 13:1992). Dalam petualangnya di Australia orang Makasar saling bertukar barang dengan kaum Aborigin. Orang Makasar dan Bugis membawa makanan, tembakau, alkohol, pakaian, pisau, dan sebagainya. Sedangkan kaum Aborigin mempunyai kulit penyu dan kulit mutiara untuk dipertukarkan. Pengaruh orang Makasar terhadap kaum Aborigin terjadi pada pembuatan kapal, pipa untuk merokok, dan dalam hal bahasa.
              Selanjutnya untuk orang Jepang yang mengunjungi daerah Australia bagian Timur bertujuan untuk mencari Mutiara. Hubungan orang Jepang dengan kaum Aborigin cukup harmonis, tidak pernah ada perkelahian diantara keduanya. Hal ini disebabkan orang Jepang mampu beradaptasi dengan baik kepada kaum Aborigin, misalnya ketika kaum Aborigin dipekerjakan untuk mencari mutiara maka orang Jepang memperlakukannya dengan sangat baik. Ketika dalam kehidupan biasa mereka juga saling membaur menjadi satu, seakan-akan tidak ada perbedaan kelas.
            Terakhir yaitu hubungan orang Cina dengan kaum Aborigin. Tujuan utama orang Cina berkunjung di Australia adalah untuk mendapatkan emas. Tidak seperti sebelumnya hubungan tersebut tidak berjalin dengan baik, sering terjadi perselisihan diantara kedunya. Perselisihan terjadi karena orang Cina kurang bisa beradaptasi dengan penduduk setempat. Bahkan dalam buku yang ditulis oleh Ratih H. ada orang Cina yang dimakan oleh penduduk setempat, kanibalisme ini terjadi pada saat upacara kepercayaan.
            Dari hubungan orang Asia dengan kaum Aborigin bisa diketahui terdapat motif yang sama mengenai tujuan pengunjungannya. Kepentingan ekonomi atau perdagangan sangatlah mempengaruhi masyarakat dunia untuk berpindah dari tempat satu ketempat yang lain. Dengan perdagangan juga kebudayaan bisa dikembangkan di berbagai tempat dan disesuaikan dengan kebudayaan aslinya. Sejarahpun bisa diketahui juga karena hasil penulisan pelaut-pelaut ketika menjelajah ke daerah-daerah baru dengan kepentingan utama untuk berdagang.



II.2      Latar belakang kedatangan Bangsa Eropa ke Benua Australia
Selama abad ke- 15 dan ke- 16 suatu rangkaian peristiwa penting membuka jalan laut baru dari Eropa ke “Dunia Timur” dan ke “daerah-daerah baru” (Siboro J., 10:1989). Rangkaian peristiwa tersebut berupa perbedaan pendapat mengenai ”Terra Australis Incognita”. Perbedaan pendapat  ini tidak secara langsung dilakukan oleh tokoh-tokoh yang ada didalamnya seperti Ptolemay, Lactantius, Santa Agustinus, Cosmos Indicopleustes dan sebagainya. Mereka semua hanya mempunyai pandangan bahwa bumi itu berbentuk datar dan pandangan bumi itu bulat dengan dasar dari kitab suci serta yang menolak bumi itu datar berdasarkan Ilmu Pengetahuan yang ada.
Berbagai peta telah dibuat oleh ahli geografi baik yang menerima bahwa bumi itu datar dan yang menolak argumen tersebut. Tetapi kedua kalangan ini sama-sama belum mengetahui apakah ada benua Australia atau tidak. Belum ada seorang yang pernah menuliskan bahwa telah menemukan benua tersebut, yang ada hanyalah argumen-argumen dari tokoh-tokoh atau ilmuwan. Akhir perbedaan pendapat ini adalah meninggalnya tokoh yang sangat berpegang teguh dengan argumennya serta mulai ditemukannya tanda-tanda adanya ”Terra Australis Incognita” oleh pelaut-pelaut Eropa.       
Secara geografis Benua Australia sangat dekat dengan Benua Asia, namun kebudayaan yang ada di Australia hampir sama dengan kebudayaan di Eropa. Aneh memang, tetapi hal ini bisa terungkap jika kita melihat bagaimana sejarah Australia ketika dikunjungi oleh pelaut Eropa. Ada cukup banyak pelaut dari bangsa asing yang ingin menjelajahi pelosok-pelosok Australia, baik dari Bangsa Asia maupun Bangsa Eropa. Motifnya sama yaitu untuk kepentingan perekonomian atau perdagangan. Tetapi Bangsa Eropa lebih mengharap banyak dari sumber daya alam di Australia yang akhirnya mereka mengakui bahwa daerah tersebut adalah kekuasaannya. Dan berikut sekilas latar belakang kedatangan Bangsa Eropa yang mengunjungi Australia.


Pelayaran yang Dilakukan oleh Bangsa Portugis dan Bangsa Spanyol
Banyak pedagang Eropa bersing untuk mendapatkan keuntungan dari perdagangan barang-barang seperti rempah-rempah, emas, sutera dan sebagainya yang dibutuhkan oleh orang-orang Eropa. Termasuk juga Bangsa Portugis dan Spanyol yang dari dahulu identik dengan kesuksesan pelautnya dalam mengarungi samudra dan menemukan daerah baru. Bartholomeus Diaz adalah pelaut Portugis yang mampu mencapai sebuah tanjung yang kemudian dikenal sebagai tanjung pengharapan baik. Ada lagi Vasco De Gama yang mencapai India sekitar abad 15. Mereka yang memberikan kesempatan bagi bangsanya untuk mendapatkan barang dagangan dengan melakukan pelayaran sesuai jalur yang telah dilalui sebelumnya. Sehingga pelaut Portugislah yang telah membuka jalan bagi pelaut bangsa Eropa lain untuk menemukan Benua Australia.
Setelah jalan menju Daerah Timur telah ditemukan ada tokoh bernama Christopher Columbus yang mempunyai tujuan pelayaran mempersingkat jalan menuju daerah Timur. Dia bekerja untuk kedinasan Spanyol dengan berlayar ke arah barat Eropa karena menganggap jika bumi itu bulat maka pelayaran terus ke arah barat akan sampai di Daerah Timur. Namun Columbus belum pernah sampai ke tempat tujunnya, dia memang sampai di sebuah daratan yang di anggap Daerah Asia namun tanpa disadari daratan tersebut aslinya adalah Amerika pada saat ini. Dari pengalaman tersebut pelaut lainnya terus bekerja keras mencari jalan lain menuju Timur. Banyak yang gagal dalam melakukannya tetapi tanpa usaha apapun maka tidak akan ada hasilnya pula.
Selanjutnya ada perwira dari Portugis yang bekerja di Spanyol bernama Pedro Fernandes De Quiros yang melakukan ekspedisi berlayar menuju Timur untuk setidaknya mengetahui adanya Benua Australia. Dalam ekspedisinya itu dia menuliskan hasil pelayarannya selama bertahun-tahun sampai akhirnya menemukan daratan yang dicari-cari atau Terra Australis Incognita. Setelah ditindak lanjuti tulisan tersebut, pada kenyataannya dia belum pernah menumukan Daerah Australia bahkan melihatnya dari kejahuanpun belum pernah. Tetapi dengan pelayaran dari Bangsa Portugis dan Spanyol ini memberikan jalan mudah kepada Bangsa Eropa lain untuk menemukan Terra Australis Incognita.
Pelayaran dan Penemuan yang Dilakukan oleh Bangsa Belanda
            Pelaut Belanda menjadi orang Eropa pertama yang bisa dikatakan menjadi penemu benua Australia. Tokoh yang berhasil menemukannya adalah William Jansz, dia merupakan seorang gubernur kolonial yang handal dalam bidang navigasi dan dipekerjakan Kerajaan Belanda. William Jansz berlayar menjelajah Australia dan sekitarnya dengan sebuah kapal bernama Duyfken. Kapal tersebut berlayar dari salah satu pos Belanda dengan tujuan utama menyelidiki pantai selatan Irian. Dalam rangkaian pelayaran tersebut, dia kemudian melabuhkan kapalnya sejenak di sebuah sungai bernama Pennefather yang terletak di pesisir barat Tanjung York Queensland. Berlabuhnya kapal inilah yang dicatat dunia sebagai kunjungan pertama di Australia ((http://penemu-ilmuwan.blogspot.com/2013/08/tokoh-penemu-benua-australia-willem.html).
            Setelah William Jansz menemukan Australia maka pelaut Belanda lain melakukan berbagai ekspedisi guna menjelajah lebih jauh di daratan tersebut. Ekspedisi itu dipimpin oleh seorang pelaut yang berpengalaman yaitu Abel Tazman.  Tazman ini memulai pelayarannya dari Batavia (Jakarta) pada tahun 1642 dengan menggunakan dua kapal yaitu Heemskrek dan Zeehaen. Pada tahun yang sama dia menemukan daratan yang disebut Van Diamen’s Land, atau yang saat ini adalah Daerah Tasmania. Cukup banyak daerah baru yang ditemukan oleh Tazman melalui pelayarannya sampai diapun kembali ke Batavia lagi pada tahun 1643.
            Tidak berhenti sampai disitu Abel Tazman selanjutnya melakukan ekspedisi kedua pada tahun 1644. Tujuan Tazman kali ini adalah diperinthkan untuk menyelidiki passage antara Irian dengan daratan di sebelah selatannya. Namun tujuan utamanya tetaplah mencari barang berharga seperti emas dan perak guna meningkatkan perekonomin Belanda. Dengan berbagai alasan yang kurang jelas, Tazman kembali ke Batavia dengan kegagalan mencari passage tersebut. Setelah ekspedisi kedua ini Belanda menggunakan nama New Holland kepada daratan Australia dan tidak melakukan ekspedisi lagi karena hasil yang diharapkan tidak bisa tercapai.

Pelayaran dan Penemuan yang Dilakukan oleh Bangsa Inggris
            Setelah ekspedisi Tasman II gagal menemukan daerah passage, daratan Australia jarang dikunjungi lagi oleh pelaut Eropa. Selama masa vakum tersebut Bangsa Inggris mulai berpikir untuk menjelajah Australia. Orang Inggris yang melakukan penjelajahan itu adalah  William Dampier. Sebenarnya dia adalah seorang bajak laut, tetapi dia mampu menuliskan hasil pelayarannya untuk diserahkan kembali di Inggris supaya bisa menjadi referensi daratan yang bisa dikuasai. Akhirnya untuk menindak lanjuti laporan William Dampier, Bangsa Inggris melakukan ekspedisi ke Australia dengan dipimpin oleh James Cook. Dari James Cook inilah berbagai daerah-daerah penting yang tidak bisa terpecahkan Belanda mampu dengan baik diselesaikan olehnya.
Memang pada hakekatnya orang Belanda adalah orang Eropa pertama yang menemukan Australia, tetapi dunia mengakui bahwa yang berhasil menemukan Australia adalah James Cook. Mengapa bisa demikian?. Setelah diselidiki ternyata James Cook adalah orang pertama Eropa yang menancapkan Bendera Inggris sekaligus mengklaim daerah tersebut termasuk kekuasaan bangsanya dan menemukan daerah-daerah penting. Dengan ditemukannya daerah penting yang sebelumnya tidak terpecahkan oleh Belanda, James Cook dianggap penemu Benua Australia dan mendapat julukan “the real discoverer of the real Australia that we know” (Siboro J., 25:1989).
            Dari James Cook tersebut masyarakat dunia mulai mengenal Benua Australia atau Benua Kanguru. Terlepas dari siapa penemu asli Benua Australia kita bisa menyadari bahwa sejarah perdagangan dunia telah memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan jaman. Sejarah tidak pernah lepas dari ekonomi, ekonomi dan sejarah juga tidak pernah lepas dari ilmu-ilmu sosial. Sehingga pada hakekatnya ilmu-ilmu sosial sangatlah terkait satu sama lain.




BAB III
PENUTUP

III.1     Kesimpulan
            Terra Australis Incognita, New Holland, Australia, Benua Kangguru merupakan sebutan masyarakat mengenai Benua Australia. Bangsa Asia seperti Indonesia, Jepang, dan Cina merupakan bangsa asing non Eropa yang menjelajahi Australia dengan tujuan mencari barang dagang. Interaksi penduduk asli yaitu Suku Aborigin dengan orang Asia terjalin dengan baik sehingga tidak terjadi pergolakan. Sedangkan Bangsa Eropa seperti Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris merupakan Bangsa yang menjelajah di Australia dengan tujuan kepentingan ekonomi sampai mengakui daerahnya menjadi milik bangsanya sendiri. Hal tersebut membuat suku Aborigin menjadi tersisih dan kehilangan eksistensinya. Akibatnya kebudayaan Aborigin yang telah menempati Daerah Australia selama ribuan tahun lalu hanya sebagai keunikan saja, sedangkan kebudayaan Eropa yang berkembang sangat pesat mendominasi budaya sebelumnya hingga saat ini.
            Sejarah tidak akan pernah lepas dengan kepentingan ekonomi khususnya dalam hal perdagangan. Pengetahuan dan ilmu-ilmu saat ini juga berkembang dengan pesat karena karya pelaut-pelaut yang menjelajah untuk perdagangan. Mobilitas umum di dunia sehingga kebudayaan menjadi tersebar juga karena pergerakan diperdagangan. Sehingga saat ini tidak mengherankan jika perdagangan bebas mulai diterapkan di dunia. Untuk itu sebaiknya kita belajar sejarah dan menerapkan taktik perdagangan masa lampau supaya masih bisa eksis dalam persaingan global.
           



DAFTAR PUSTAKA

Anneahira. Sejarah Australia. Online (http://www.anneahira.com/sejarah-australia.htm) diakses pada 30 Januari 2014.
Hardjono, Ratih. 1992. Suku Putihnya Asia (Perjalanan Australia Mencari Jati Dirinya). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Siboro, J. 1989. Sejarah Australia. Jakarta: Departemen pendidikan dan Kebudayaan direktorat Jendra Pendidikan Tinggi.
Wikipedia, Pribumi Austraia. Online (http://id.wikipedia.org/wiki/Pribumi-Australia) diakses pada 30 januari 2014.
Penemu ilmuwan. Tokoh Penemu Benua Australia: Willem Jansz. Online (http://penemu-ilmuwan.blogspot.com/2013/08/tokoh-penemu-benua-australia-willem.html) diakses pada 30 januari 2014
 



UNGKAPAN BAHASA JAWA



MAKNA UNGKAPAN-UNGKAPAN BAHASA JAWA UNTUK PENERAPAN KEHIDUPAN MASA KINI
Agus Budi Prasetyo*
Universitas Negeri Malang
Abstrak
Bahasa merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan menurut antropolog Indonesia Koentjoroningrat. Bahasa tersebut adalah unsur terpenting dalam kelancaran berkomunikasi antar  manusia, tidak terkecuali Bahasa Daerah. Bahasa Daerah yang cukup terkenal di Nusantara ini adalah Bahasa Jawa karena sebagian besar penduduk Nusantara ada di Pulau Jawa. Didalam Bahasa Jawa terdapat pula sebuah ungkapan-ungkapan yang bermakna untuk kehidupan. Ungkapan itu akan berguna jika terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, namun dimasa sekarang ini apakah eksistensi Ungkapan Jawa masih dimiliki generasi masa kini?. Tanda tanya besar untuk menjawab permasalahan ini, untuk itu penulis akan mengkaji bagaimana penerapan makna ungkapan Jawa pada kehidupan masa kini. Ungkapan Jawa merupakan bekal penting bagi kita khususnya generasi muda guna mengarungi kehidupan masa kini yang semakin kompleks permasalahannya.
Kata Kunci: Ungkapan Jawa, Makna, Penerapan.
Pendahuluan
            Kearifan lokal suatu daerah sangatlah bervariasi, tidak terkecuali kearifan lokal dari Masyarakat Jawa. Dalam masyarakat Jawa komunikasi antar sesama berperan penting guna menjalani aktivitas sehari-hari. Dimanapun mereka bertemu yang dilakukan adalah saling menyapa atau setidaknya tersenyum. Hal tersebut yang membuat keunikan tersendiri dari masyarakat Jawa. Unsur utama yang membangun komunikasi dan interaksi tersebut adalah bahasa, dan didalam bahasa terdapat ungkapan-ungkapan halus untuk diterapkan dalam masyarakat. Ungkapan itu memberikan pelajaran hidup mulia bagi siapapun yang menerapkannya.
           Makna-makna dalam ungkapan Jawa sering kita ketahui dan kita pelajari. Namun untuk penerapannya sendiri masih sulit dilakukan dalam menjalani kehidupan. Dengan mempelajari sedikit demi sedikit makna ungkapan jawa itu maka generasi muda bisa mengetahuinya untuk dijadikan wawasan baru yang kemudian bisa diterapkan di kedepannya. Dari berbagai ungkapan Jawa yang ada, terdapat beberapa yang akan dijadikan pembahasan dalam tulisan ini. Ungkapan tersebut adalah Nglurug Tanpa Bala, Menang Tanpa Angsorake, Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe, Aja Adigung, Adigung, Adiguna, dan Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti.


*Penulis adalah Mahasiswa Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Sosial, UM angkatan 2012.


Tinjauan Pustaka
            Ungkapan jawa sebagai kearifan lokal masyarakat patut kita pelajari dan dilestarikan kepada generasi muda. Dengan mengetahui ungkapan dan bisa mengaplikasikannya maka generasi muda tidak akan mudah terbawa alur jaman yang semakin berkembang ini. Dan untuk mengetahui berbagai ungkapan yang telah disebut di atas maka dibutuhkan referensi yang relevan dengan perkembangan jaman saat ini. Untuk itu penulis mengambil referensi dari salah satu buku dan sebuah artikel dari internet terkait ungkapan-ungkapan tersebut.
            Setelah mengetahui ungkapan maka dibutuhkan pemahaman makna yang disampaikan. Setelah mengetahui maknanya maka berusaha untuk diterapkan dalam tingkah laku kehidupan. Setelah diterapkan maka sampaikanlah kepada orang lain yang membutuhkan. Setelah bisa disebarluaskan maka bagikan lagi kepada generasi muda yang sedang mencari jati diri atau kedewasaan. Alur tersebut yang akan menjadi pedoman hidup dari manusia, pedoman ini yang diupayakan bisa mengimbangi perkembangan jaman.

Ungkapan-Ungkapan Bahasa Jawa untuk Kehidupan Masa Kini
  1. Nglurug Tanpa Bala, Menang Tanpa Angsorake
Ungkapan Nglurug Tanpa Bala, Menang Tanpa Angsorake jika diartikan menjadi seseorang yang berjuang untuk menyelesaikan masalah tanpa perlu membawa massa, melainkan cukup seorang diri melalui jalan dialog bersahabat (D.S. Widodo, 2005:9). Ungkapan itu juga bisa menggambarkan seorang pemimpin yang hidup dan bekerja semata-mata untuk kepentingan masyarakat luas. Jadi jika manusia telah mencapai puncak kehidupannya sehingga menjadi pimpinan maka dalam melaksanakan pekerjaannya tidak untuk memenuhi kepentingan sendiri melainkan kepentingan orang banyak. Tidak boleh juga merendahkan musuh atau saingannya apabila ia telah menang dalam suatu persaingan.
            Ungkapan tersebut cukup bermakna bagi banyak orang dalam menjalankan kehidupannya karena hidup dengan seperti itu akan terasa nyaman tanpa ada musuh. Untuk penerapan dalam kehidupan saat ini bisa dicontohkan oleh seorang guru, ulama, dosen dan sebagainya yang hanya menggunakan ilmunya, pengalamannya dan jaringannya tanpa harus mempunyai materi/harta yang melimpah. Mereka semua bekerja untuk mengabdi kepada masyarakat luas tanpa memikirkan imbalan materi yang banyak. 

  1. Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe
Makna dari ungkapan di atas adalah bebas dari keinginan tersembunyi ketika bekerja, tetapi bersemangat dan bersungguh-sungguh ketika melakukan pekerjaan ((D.S. Widodo, 2005:12). Ungkapan inilah yang akan menjadikan Nusantara menjadi sejahtera jika kepentingan masyarakat luas berada diatas kepentingan individual. Ungkapan ini memiliki penerapan yang hampir sama dengan Nglurug Tanpa Bala, Menang Tanpa Angsorake. Mungkin perbedaannya terletak pada banyaknya yang melakukan kegiatan mulia itu. Untuk ungkapan Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe bisa dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok.
Contoh penerapan ungkapan tersebut yang bisa dijadikan referensi kita untuk menjalankan kehidupan adalah ketika Pejuang Nusantara mengusir penjajah dan memerdekakan Indonesia dengan niat tulusnya. Mereka tidak memikirkan imbalan besar apabila bisa menang melawan penjajah. Perjuangan yang dilakukannya semata-mata hanya untuk menjadikan masyarakat terlepas dari penjajah dan bisa merdeka. Peristiwa tersebut memang sudah lama, tetapi semangat 45 dari mereka patut dicontoh oleh kalangan saat ini.

  1. Aja Adigung, Adigung, Adiguna
            Makna dari ungkapan Jawa ini adalah melarang manusia untuk bersikap sombong dengan kemampuannya. Kata adigang adalah sifat kijang yang mengandalkan kecepatan larinya, adigung adalah sifat gajah yang mengandalkan kekuatannya, dan adiguna adalah sifat ular yang mengandalkan bisanya (D.S. Widodo. 2005:24). Tetapi jika ketiganya bertarung dan saling mengadu keunggulan, kekuatan, dan kemampuannya maka yang terjadi adalah mereka semua mati dengan sia-sia. Adigang juga diartikan kekuasaan, untuk adigung diartikan sebagai kebesaran, dan adiguna yang berarti kesaktian. Jadi sebagai pemimpin maupun orang biasa tidak boleh untuk merasa paling berkuasa, paling jaya, dan paling sakti.
            Penerapan dalam kehidupan saat ini berupa pembentukkan karakter manusia yang tidak pernah angkuh dengan kemampuannya. Sebagai manusia biasa maka kesombongan itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekuatan Yang Kuasa. Ada juga yang mengatakan di atas langit masih ada langit yang artinya diatas kelebihan seseorang masih ada yang melebihi lagi. Untuk itu jika manusia mempunyai kemampuan maka maksimalkan kemampuan itu untuk hal yang positif saja. Jika mempunyai kemampuan dalam bidang keilmuwan maka kembangkanlah ilmu tersebut sehingga orang laing bisa mendapatkan manfaatnya. Jangan merasa paling pintar dan paling hebat karena semua itu hanyalah anugrah sesaat dari Yang Kuasa.

  1. Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
Ungkapan ini sering disebutkan pada berbagai organisasi khususnya dalam bidang olah kanuragan. Makna arti ungkapan tersebut adalah keberanian, kekuatan, kejayaan-kekuasaan dapat ditundukkan oleh budi luhur yang bersumber pada kesucian jiwa (D.S. Widodo. 2005:44). Keduniawian sebagaimana yang ada dalam ungkapan sebelumnya adigang, adigung, adiguna dan ungkapan sura dira jayaningrat hanyalah bersifat sementara dan tidak bisa kekal abadi. Untuk itu dibutuhkan penyeimbang yaitu ilmu Agama atau ilmu Ketuhanan seperti ilmu manunggaling kawulo lan gusti (bersatunya jagat kecil dan besar) dalam keyakinan kejawen disadur dari artikel karya Sartini, Ni Wayan. 2009.
Penerapan dalam ungkapan yang begitu penting ini bisa dilakukan untuk mengimbangi kemajuan jaman saat ini. Dengan canggihnya teknologi, berkembang pesatnya informasi, dan di era globalisasi ini haruslah kita memiliki sikap sadar diri, berpikir proporsional, dan bertindak tanduk terukur (D.S. Widodo. 2005:25). Dengan sikap tersebut maka perkembangan tidak akan terlalu membebani kita malah-malah yang akan mensukseskannya.

Penutup
            Berawal dari menerapkan sikap toleransi yang tinggi, diteruskan dengan sikap tanpa pamrih dalam setiap kegiatan, dilanjutkan dengan sikap tidak sombong atas segala kemampuan yang dimiliki, dan terakhir diseimbangkan antara kemampuan duniawi dengan ilmu ketuhanan, maka manusia akan mencapai hidup  yang baik. Baik dalam arti tentram dalam menjalani hidup dan tidak ada musuh yang menghalangi persaingan. Itulah yang akan terjadi apabila makna dari ungkapan jawa yang menjadi kearifan lokal masyarakat mampu diterapkan dengan semaksimal mungkin. Dan bagaimanapun perkembangan jaman yang terjadi maka tidak akan menggoyahkan pikiran, sikap, sifat, dan tindakan manusia yang baik.
            Tidak ada yang sempurna kecuali Yang Maha Kuasa, manusia hanya bisa berusaha. Semoga sedikit rangkaian tulisan ini mampu menambah wawasan kita dan memberikan manfaat yang baik untuk kedepannya. Salam hormat kepada para pujangga Nusantara khususnya Jawa yang telah menemukan ungkapan-ungkapan penuh makna. Engkau adalah sebagai pemula, kami sekarang adalah para penerapnya, dan generasi ke depan yang akan melanjutkannya.

Daftar Pustaka
Sartini, Ni Wayan. 2009. Menggali Nilai Kearifan Lokal Budaya Jawa Lewat Ungkapan (Bebasan, Saloka, Dan Paribasa). Jurnal online (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17541/1/log-apr2009-5%20(4).pdf) diakses 14 April 2014.
D.S. Widodo. 2005. Laku Hidup Sejati. Jakarta: Vision.